Menyusuri Sungai Pute di Maros Sulawesi Selatan

by - February 02, 2017



Jam menunjukkan pukul 9 pagi saat Boo, Mika, saya, dan Yaya Indro berangkat menuju Rammang-rammang, salah satu tujuan wisata di Makassar Sulawesi Selatan. Rammang-rammang terkenal dengan gugusan pegunungan karst atau pegunungan kapur. Selain itu, ada beberapa hal menarik juga di Rammang-rammang, seperti Telaga Bidadari, gua-gua, Kampung Berua serta menyusuri aliran Sungai Pute menggunakan perahu. Ya, untuk melihat lebih dekat pegunungan kapur, kami menaiki perahu menyusuri Sungai Pute. Duduk di dalam perahu dengan pemandangan alam yang indah sungguh pengalaman yang enggak akan kami lupakan!


Perjalanan dari hotel yang terletak di pusat kota dekat Pantai Losari ke Rammang-rammang setidaknya menghabiskan waktu sekitar satu setengah jam. Lokasi wisata yang memesona ini tepatnya berada di Desa Salenrang Kecamatan Bontoa Kabupaten Maros, sekitar 40 km sebelah utara Makassar. Melewati jalan tol yang mulus dari kota, waktu tempuh menjadi tidak begitu terasa. Apalagi Boo dan Mika sempat tidur di bis yang mengantarkan kami ke tempat wisata itu.




Sesampainya di Dermaga 1/Perintis, pintu masuk menuju Rammang-rammang, menjelang tengah hari, kami disambut cuaca yang cukup terik. Namun panasnya matahari yang membakar kulit tentu enggak menyurutkan semangat kami untuk mengeksplorasi tempat ini. Untuk mengurangi paparan matahari, saya dan Yaya Indro menyewa dua buah topi lebar. Harga sewanya Rp 5000,-/topi. Boo dan Mika sudah bawa topi. Namun hanya Boo yang mau memakainya. Mika saya gendong dan saya tutupi kepalanya dengan kain penutup yang ada di gendongan. Meski seringkali melepas penutup kepalanya, Mika masih terlindungi dengan topi saya yang lebar dan menghalangi kepalanya dari sinar matahari.

Di Dermaga 1/Perintis itu sudah banyak perahu yang bersandar dan siap untuk kami naiki. Biaya sewa perahu pulang pergi sekitar Rp 200 ribu. Saya sempat bertanya pada seorang pengemudi  perahu berapa waktu tempuh untuk sampai ke tujuan kami, Kampung Berua, demi merasakan kehidupan di dekat pegunungan karst tersebut. Ia pun menjawabnya, "sekitar 30 menit." Saya pikir, enggak terlalu lama dan enggak sebentar juga, ya. Setelah mengantri dan siap dengan topi di kepala, perjalanan menyusuri Sungai Pute pun dimulai!








Kami menaiki perahu dengan dominasi warna pink. Di dalam perahu itu bukan hanya kami sekeluarga saja, tapi juga ada satu keluarga lainnya. Total di dalam perahu ada 5 orang dewasa termasuk pengemudi kapal dan 4 anak balita. :)

Ini adalah pengalaman pertama bagi kami berempat naik perahu kecil menyusuri sebuah sungai. Saya sama sekali enggak deg-degan, malah lebih merasa sangat excited! Sepertinya itu pula yang dirasakan Boo, Mika, dan Yaya Indro. Boo dan Mika bisa dengan tenang berada di atas perahu. Mika mungkin karena masih mengantuk jadi dia menikmati sekali meski ada di pelukan saya di dalam gendongan. Sedangkan Boo, matanya tak henti-hentinya menatap pemandangan di sekeliling perahu. Tanggannya pun seperti gatal ingin memegang air sungai. Sesekali ia juga berceloteh tentang dinosaurus yang ada di balik pohon atau buaya di dalam air. :)

Sungai Pute alirannya sungguh tenang menghanyutkan. Saya sama sekali enggak berpikir jika di dalamnya ada buaya. Saya hanya menikmati pemandangan yang disuguhkan di samping kiri dan kanan serta di depan. Di sepanjang jalan, pohon bakau dan nipah menemani perjalanan kami menyusuri Sungai Pute. Beberapa kali kami pun melihat batu kapur besar yang dipenuhi tanaman hijau. Saya masih ingat saat membaca sebuah brosur tentang Sungai Pute di bandara Sultan Hasanuddin, Makassar, di dalamnya tertulis jika beruntung kita juga bisa melihat berbagai hewan endemik saat menyusuri sungai tersebut, seperti kera Sulawesi. Namun sayangnya saya sedang tidak beruntung hari itu. Rasa-rasanya saya enggak melihat hewan apa-apa di sepanjang jalan.








Baru beberapa meter dari dermaga, ada beberapa batu yang menyembul dari dasar sungai hingga melebihi permukaan sungai. Lebih dari satu perahu tidak akan cukup untuk melewatinya. Setelah beberapa menit disuguhi pemandangan alam yang keren, kami pun makin takjub saat melewati tunnel dari karst yang menutupi sungai. Menyusuri sungai ini saya malah enggak terlalu sering mengambil foto atau video. Saya ingin lebih menikmatinya, meresapinya. :) Semoga anak-anak juga merasakan hal yang sama. Ini pengalaman baru buat kami semua.








Setelah setengah jam berlalu perahu pun bersandar di dermaga mini. Dari dermaga ini kami akan trekking di Kampung Berua. Saat perjalanan trekking telah usai, perahu sudah siap mengantar kami kembali ke Dermaga 1/Perintis. Perahu pulang yang kami naiki ini berbeda dengan saat kami berangkat. Perahu ini lebih besar sedikit dan penumpangnya pun tak sebanyak saat berangkat. Iya, maklum saja, kami sekeluarga termasuk rombongan terakhir. :)

Di dalam perahu kami jadi lebih leluasa dan lebih lega rasanya. Mika yang saat berangkat saya gendong terus, kali ini duduk sendiri setelah ia selesai menyusu. Iyaaa, Mika sempat-sempatnya minta ASI saat di atas perahu! Nah, pengalaman yang enggak akan saya lupakan banget, deh, ini...

Di perjalanan pulang menyusuri sungai ini kembali saya melihat ada sebuah restoran di pinggir sungai. Awalnya rombongan kami ingin makan siang di restoran tersebut. Namun sayang sekali nasinya sudah habis dan masih harus menunggu beberapa saat jika tetap ingin makan di tempat ini. Akhirnya rencana itu pun batal, kami melanjutkan perjalanan ke dermaga untuk makan di tempat lain.





Saat perjalanan kembali ke dermaga itu pula saya melihat beberapa perahu lain yang diisi tak hanya oleh wisatawan lokal tapi juga wisata mancanegara. Ternyata Rammang-rammang sudah cukup terkenal di mata dunia, ya. Rasanya senang kalau melihat tujuan wisata ini bisa berkembang dan makin dilirik wisatawan. Tempatnya bagus banget! Apakah saya mau untuk kembali lagi dan berwisata ke sini? Mauuuu... Saya mau banget naik perahu seperti ini lagi. :D








Tips:
- Bawa topi, jika tidak mau repot sewa saja.
- Bawa payung supaya bisa melindungi lebih sempurna.
- Jangan lupa pakai sunblock dulu yaa, biar kulitnya enggak kebakar kayak saya. Huhu...
- Bawa minum secukupnya.
- Jika bersama anak, beri pengertian ke anak agar tenang dan tidak banyak polah saat berada di dalam perahu.
- Hentikan sejenak aktivitas mengambil foto atau video, nikmatilah pemandangannya! :)



- Bubu Dita-

Related Posts

12 komentar

  1. Aku biasanya kalau naik perahu agak takut. Beneran, karena nggak bisa renang. Tapi itu anak-anak kayaknya senang banget ya. Menikmati perjalanan menyusuri sungai.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Mbaaaa, aku pun gak bisa berenang. Tqpi entah deh ini kekuatan dari mana sampe bisa tenang2 aja di perahu kecil gini.. hihi Iyaa anak2 jg anteng bgt selama di perahu..

      Delete
  2. ha ada buayanya
    ah tapi seru kayak di Amazon gitu

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iyaaa berasa di Amazon ahahaha.. Gak ada buaya kok mas.. :D

      Delete
  3. seru banget mba :) waduh klo ga foto2 ga bisa abadikan view kerennya mba hahaha *banci foto* :p

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ahahaha iya Mba Herva foto sih teteeup wajib yah mbaaa.. :D Udah puas foto2 aku baru nikmatin pemandangannya.. :)

      Delete
  4. Seruuu banget. Boo & mika psti senang bgt yah. Eh emang beneran ada buaya di sungai?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Enggak ada buaya mbaaa.. Ahahaha itu khayalan kita aja sih :D Seruuu, pingin lagiii.. hihi

      Delete
  5. aku belum pernah ke sulawesi :( bagus yah mbak.

    ReplyDelete
  6. Wiiih maroooos, tepos deh pantat perjalanan kesana :D

    ReplyDelete