Menunggu Hujan Reda di Museum Kata Andrea Hirata

by - February 08, 2018


Saat traveling, turunnya hujan bisa menjadi hal yang menyebalkan. Aktivitas jalan-jalan bisa terganggu, itinerary bisa berantakan. Namun turunnya hujan saat saya berada di Museum Kata Andrea Hirata malah saya sangat syukuri!

Cuaca memang tidak menentu saat Bubu Dita menjejakkan kaki di Belitung untuk pertama kalinya. Matahari bersinar terik, tapi 10 menit kemudian bisa langsung turun hujan.

Meski demikian, hal itu malah menjadi kenangan yang tidak terlupakan. Saya dan teman-teman juga tidak menyurutkan langkah untuk mengeksplorasi Belitung mengikuti jadwal yang sudah ada.


Hujan sore pun menemani saya saat berada di Museum Kata Andrea Hirata. Perjalanan Bubu Dita ke Belitung tentu saja tidak melewatkan tempat wisata ini. Museum Kata yang digadang-gadang menjadi museum sastra pertama dan satu-satunya di Indonesia ini memang mampu menyedot minat wisatawan untuk mengunjunginya.

Novel Laskar Pelangi yang membawa nama Andrea Hirata melambung tinggi juga turut melambungkan Kota Belitung, latar tempat yang ada di dalam novel tersebut. Berkat karya novelnya yang kemudian difilmkan, Belitung pun semakin dilirik.

Berbagai tempat wisata di Belitung semakin dikenal dan ramai dikunjungi masyarakat. Dan muncul juga tempat-tempat wisata baru yang menambah semarak bisnis pariwisata di Belitung, termasuk Museum Kata.

Museum Kata didirikan sendiri oleh Andrea Hirata. Museum ini sudah ada sejak 2010, dan baru diresmikan pada Maret 2015 oleh Menteri Pariwisata Arif Yahya. Awalnya, wisatawan bisa masuk ke dalamnya tanpa dikenakan biaya. Namun, saat saya mengunjunginya di akhir 2017, ada biaya masuk sebesar Rp 50 ribu.

Dibanding museum lain yang saya pernah datangi, harga tiket masuk museum ini memang terbilang besar. Namun rasanya Bubu Dita enggak kecewa sama sekali mengeluarkan biaya untuk masuk ke dalamnya. Selain bisa menikmati karya literasi dan indahnya arsitektur warna-warni khas museum ini, Bubu Dita juga mendapat buku saku Laskar Pelangi yang hanya ada di Museum Kata. :)


Menikmati Warna-warni Kala Hujan
Sesampainya di Museum Kata, pandangan mata langsung terpaku pada unfinished wall warna-warni dengan jendela sebagai pemanisnya. Bagian dinding ini bukan bangunan utama museum, melainkan pagar yang membatasi halaman museum dengan jalan raya.

Di dinding tersebut, saya juga melihat quote Andrea Hirata, “Fiction is New Power.” Tulisan sambutan agar wisatawan terinspirasi juga hadir di dinding tersebut. Rasanya seneng, deh, tiba di satu destinasi yang welcome banget kayak gini. :D



Tak lama setelah sampai dan berfoto di depannya, rintik hujan mulai turun. Bubu Dita langsung masuk ke dalam museum. Baru beberapa langkah, saya semakin ternganga! Saya pikir museum ini kecil. Ya, dari luar memang terlihat kecil, tapi begitu masuk ke dalam, barulah saya sadar ternyata museum ini luas juga!

Setelah membayar dan melewati loket, pengunjung akan berada di halaman museum. Di salah satu sudut dinding yang ada di halaman itu, tampak lukisan mural unik. Ada wajah manusia ditimpa bunga. Disampingnya gambar pohon dengan ikan-ikan sebagai daunnya (dan ada gambar kucing di bawahnya). Entah apa maksud gambar itu, yang pasti saya sangat menikmatinya...




Tak heran jika di depan museum ini tertulis bahwa, selain bagi penggemar sastra dan buku, museum ini juga diperuntukkan bagi penggemar art dan seni arsitektur.

Dari halaman, saya memasuki ruang utama museum. Rasanya Bubu Dita bukan berada di dalam museum. Museum ini layaknya rumah tinggal. Saya seperti sedang berkunjung ke rumah teman yang sudah lama tidak bersua!

Museum Kata terdiri dari beberapa ruangan. Memang tidak ada ruang tamu dan ruang tidur, tapi ruangan dengan penuh tempelan dinding dan hiasan vintage.

Saya benar-benar gemas dibuatnya! Benar saja tempat ini bisa menginspirasi. Bubu Dita jadi pingin pulang ke rumah dan mendekor rumah . :D Spot favorit saya di museum ini adalah kursi kayu berwarna mint dengan meja bulat kecil berwarna senada di salah satu sudut ruangan.

Di atas kursi itu ada lagi satu quote Andrea Hirata yang paling populer, “ Bermimpilah karena Tuhan akan memeluk mimpi-mimpimu.” Dan di atas hiasan kalimat itu, tergantung satu frame ukuran besar bergambar SD Muhammadiyah yang ada di film Laskar Pelangi. Bubu Dita merasa ada rasa semangat yang meletup-letup di tempat ini.



Beberapa alat musik yang sepertinya sudah berumur tua dan terlihat lusuh juga menjadi pemanis di beberapa ruangan. Musik rasanya menyatu dengan museum ini.

Di salah satu ruangan semi terbuka yang terpisah dari bangunan utama museum, ada panggung mini yang bisa digunakan untuk pertunjukan musik. Saat berada di sana memang tidak ada pertunjukan musik, namun tetesan hujan yang jatuh ke tanah seperti suara musik yang merdu bagi saya saat itu. :)

Hal paling unik yang Bubu Dita temukan di Museum Kata adalah adanya kantor pos super mini yang jadul! Yes, pengunjung bisa mengirim kartu pos ke siapa pun. Saya sudah tahu akan hal ini sebelumnya. Karena itulah, salah satu alasan Bubu Dita masuk ke dalam museum juga karena ingin mengirim kartu pos untuk Boo dan Mika di rumah... :’)




Baca Juga: Apa Rasanya Traveling Sendiri (Tanpa Suami dan Anak-anak)?


Harga yang dipatok untuk satu buah kartu pos dan biaya perangkonya adalah Rp 15 ribu. Dan beberapa minggu kemudian kartu pos itu benar-benar sampai di rumah. :D Senaaaaang!
Di dalam Museum Kata juga terdapat warung kopi “Kupi Kuli.” Suasana dapur zaman dulu sangat teras di tempat ini. Tempat masaknya masih menggunakan kayu bakar.

Agak berbeda dengan hampir semua sudut museum yang berwarna-warni, warkop ini justru didominasi warna coklat tua. Ada beberapa kursi kayu kecil yang disediakan, dengan camilan di atas mejanya. Di dalam warkop ini pun terasa homey sekali.

Tak jauh dari dapur, ada ruangan terpisah semi outdoor yang memiliki banyak bolongan pintu . Ruangan tersebut memiliki banyak sekali jendela warna-warni di dindingnya bahkan sampai di langit-langit ruangan pun dihiasi dengan jendela!

Jendela di dinding bisa dibuka dan ada banyak karya sastra dari berbagai belahan dunia menetap di dinding tersebut. Membaca beberapa karya tersebut sambil mendengar suara tetesan hujan saya rasa jadi momen yang perfect--lah... :D



Menikmati Literasi Kala Hujan
Menyusuri Museum Kata Andrea Hirata dapat membuat pengunjung semakin mengenal karya novelis tersebut. Laskar Pelangi memang sudah mendunia. Di satu ruangan museum terpajang deretan cover novel Laskar Pelangi versi banyak negara.

Novelnya berturut-turut yang merupakan kelanjutan dari Laskar Pelangi, yaitu Sang Pemimpi, Edensor, dan Maryamah Karpov juga laris di pasaran. Dan sampai sekarang, ia masih aktif menulis.

Saya seperti merasakan kesuksesan yang telah didapat oleh Andrea Hirata. Karyanya diakui bahkan sampai di luar negeri. Namun museum ini tak hanya tentang Andrea Hirata. Seperti yang sudah saya sebut sebelumnya, ada banyak karya sastra dari berbagai negara di tempat ini.


Tak hanya sastra berupa novel saja, tapi lebih dari itu. Di ruang pertama saat masuk ke dalam museum, terdapat tulisan yang menerangkan bahwa di Museum Kata ada lebih dari 200 penulis, penulis puisi, aktor, fotografer, sutradara. Lebih dari 200  literasi indah, termasuk literasi musik, literasi film, literasi anak-anak, literasi seni, literasi arsitektur dari 200 negara lebih! Waw... Waaawww...

Pantas saja saya sempat melihat sesuatu yang menarik tertulis di lantai semen.

Bintang belantik menari-nari
Malam memeluk angin selatan
Sepanjang hari aku bernyanyi
Lagu rindu tak tertahankan


Itu sebuah rima dari budaya Melayu. 

Di ruangan lain, Bubu Dita pun tak asing ketika membaca cuplikan sebuah novel berjudul Love in The Time of Cholera karya peraih nobel asal Kolombia, Gabriel Garcia Marquez.  Novel tersebut kemudian difilm-kan dengan judul yang sama.



Literary Earth. Sejarah terjadinya batuan granit yang ada di pantai Belitung juga tak luput menjadi salah satu isi museum. Tak hanya tulisan semata baik dalam bahasa Indonesia maupun Inggris, informasi tersebut pun dilengkapi banyak gambar.


Aktivitas menulis dan membaca juga bisa dilakukan di dalam museum ini. Disediakan satu ruangan khusus untuk kedua aktivitas tersebut. Tak hanya menikmati karya, pengunjung museum juga bisa menghasilkan karya!

Sungguh, museum ini sangat kaya! Dan beruntunglah saya bisa ada di dalamnya saat hujan masih turun dengan derasnya. :D

Namun ada satu bagian di dinding yang bagi saya benar-benar menyentuh.

Museum ini
kupersembahkan
pada ibuku
N.A. Masturah Seman
dan ayahku Seman Said


Di atas tulisan tangan Andrea Hirata tersebut ada foto hitam putih kedua orang tuanya. Dan di atasnya lagi terdapat kaligrafi bertuliskan “Allah.”


-Bubu Dita-

Related Posts

39 komentar

  1. Suka banget museum ini tapi sayang pas kesana keburu tutup padahal belum jamnya tutup. Akhirnya menikmati bangunannya dari luar itu pun cuma sebentar. Semoga next time ada kesempatan kesitu lagi dan bisa explore sampai ke dalamnya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiiiin.. Iya Dew itu tandanya mesti ke Belitung lagi.. :D

      Delete
  2. Pas ksana dulu, aku lgs suka ama museumnya yg berwarna warni. Sampe pgn niat mendekorasi rumah seperti ini :D. Kesannya kalo colorful gini jd ceria gitu ya mba

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hihi, sama Mba Fan aku juga jadi pingin dekor rumah terutama dindingnya jadi warna-warninya kayak gini.. Tapi dipikir-pikir lagi deh.. hehe

      Delete
  3. Iya.... museum ini bagus! Bukan cuma tempat memamerkan barang, museum ini adalah tempat yang mengajak orang untuk berpikir dan berkreasi.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya mba, inspiratif banget ya museumnya.. Seneng ada di dalamnya.. :)

      Delete
  4. museum yang buat kita termotivasi ya mba. bisa gak museumnya dipindahin ke jakarta wkwkwk. pengen juga deh kesana

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iyaaa, semoga di Jakarta nanti ada museum kayak gini ya mba.. :)

      Delete
  5. Sekarang sudah ada museum sastra juga di Jember, jadi museum sastra punya andrea hirata ini sudah ada temannya :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Waah, aku baru tau yang di Jember.. Thanks infonya ya.. :D

      Delete
  6. Museum sekarang warna-warni gak kayak dulu yang cuma satu warna saja :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Jadi lebih menarik minat orang buat datang juga ya..

      Delete
  7. Museumnya berwarna-warni bagai pelangi...sukaaa!
    Penasaran sama kanor pos jadulnya..Semoga satu hari nanti bisa juga ke sana :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiiiin mba.. Iya ada kantor pos kecil nyempil di dalam museumnya.. :D

      Delete
  8. Sedap banget ya jadi penulis, karyanya booming bisa bikin museum, kapan ya bisa begini sayah :D
    btw mama bubu folbek ya blognya, makaciw

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiiiin, semangat Mba Mandaaa.. :D Aku udah folbek yaa.. :)

      Delete
  9. Asik ya Ada kantor pos mininya :D seru. Penasaran sama cover2 laskar pelangi di berbagai negara

    ReplyDelete
    Replies
    1. Itu ada di foto mba, tapi kecil ya jadi gal gitu keliatan.. :)

      Delete
  10. Kebayang motret disini ala prewed gitu ya..warna warninya bikin gemas....

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aaak, iya Mba Dew, lucu juga ya foto ala2 prewed di sini.. :)

      Delete
  11. Ga masalah HTM 50rb ya karena kan menikmati seni itu adalah tentang hati dan jiwa. Murah lah segitu mah hehehe ohya kenapa ya museum ini baru diresmikan tahun 2015? Ga kebayang kapan aku bakalan bisa ke Belitung. Nice trip, bubu Dita ��

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, selang 5 tahun baru diresmikan pemerintah.. Mingkin karena ini museum milik pribadi kali ya Mba Nurul..

      Delete
  12. Musiumnya cantik, menghilangkan kesan selama ini, kalau museum itu identik dengan kuno, hehehe

    ReplyDelete
  13. Kemaren pas suamiku ke belitung, liat videonya, ya alloh aku mupeng berat pengen kesini juga. Semoga ah, nabung2.

    ReplyDelete
  14. Nilai seninya tinggi banget ya disana, udah beberapa kali baca ulasan ttg Museum Kata, jadi pengen kesana banget.
    Makasih Mba infonyaaa :*

    ReplyDelete
  15. Bagus bgtt, kapan ya sy bs kesana

    ReplyDelete
  16. Ditaaaa, gemesh banget museum nya warna warni begini. Ga sabar minggu depan mau kesana! Kyaa excited!

    ReplyDelete
  17. Judulnya romantiis sama kayak museumnya warna-warni. Banyak kata2 puitis Andrea Hirata pula ya.

    ReplyDelete
  18. Kebayang deh suasana romantis nan syahdu di museum kata ini. Ditambah warna - warna ceria disekitarnya. Semiga bisa berkunjung kesana suatu hari nanti.

    ReplyDelete
  19. colour full banget ya musiumnya. Semoga bisa kesana kapan gitu . Amin

    ReplyDelete
  20. colour full banget ya musiumnya. Semoga bisa kesana kapan gitu . Amin

    ReplyDelete
  21. Wah seru, tau gtu aku nitip jg donk dikirimin kartu pos :D
    Jd terinspirasi ya dgn datang ke sana? Moga2 bisa ke sana jg kapan2 :D

    ReplyDelete
  22. Duh,kapan aku bisa ke sini. Moga diberi rejeki aamiin

    ReplyDelete
  23. hujan bisa bikin suasana apapun berasa lebih syahdu

    ReplyDelete
  24. Kapan ya bisa kesana, pingin banget!! Selain pingin ke museumnya yang warna-warni, pingin juga naik batu-batu granitnya yang gagah trsu nyemplung hihihi trus lari-lari diantara batu-batu kayak di filmnya :D

    ReplyDelete
  25. Penutup tulisannya wow banget, asli ini saya sampai merinding bacanya,subhanallah...
    Jadi keinget pas awal-awal populernya laskar pelangi, saya mbok begitu menikmati aliran diksi yang tak biasa yang dipilih andrea hirata, cerdas sederhana namun powerfull...
    Keren!

    ReplyDelete
  26. 50 ribu tak masalah kalau memang banyak hal yang bisa dilihat, unik, apalagi menginspirasi ya. Ini aja bisa ada mini kantor pos segala dan benar2 dikirim ya. Suka dengan warna-warni yang enak dilihat plus bagus juga untuk di foto. Moga ada rezeki untuk bisa ke sana. Nice, Bubu Dita :)

    ReplyDelete
  27. Saat jaman masih di SMA dulu, ini salah satu penulis yang saya kagumi, pernah punya rencana ke tempat ini, tapi hingga sekarang belum kesampaian :(

    ReplyDelete