SOCIAL MEDIA

Monday, June 5, 2023

Wisata di Kota Lama Semarang

Kota Lama Semarang kini menjadi destinasi populer di Kota Semarang.  Kawasan ini merupakan sebuah kawasan bersejarah yang terletak di pusat Kota Semarang, Jawa Tengah, Indonesia.

Rasanya sayang banget saat ke Semarang tapi nggak menyambangi Kota Lama Semarang. Apalagi buat yang baru trip perdana ke Ibu Kota Jawa Tengah ini. 

Bubu sudah beberapa kali ke Semarang, tapi menikmati Kota Lama Semarang sambil berjalan kali sendiri belum pernah Bubu lakukan. :D

Kalau nggak salah sekitar tahun 2016 Bubu pernah ke Semarang dan melihat Gereja Blenduk. Hanya saja saat itu Kota Lama belum direvitalisasi seperti sekarang. Suasananya berbeda!



Tahun lalu Bubu juga sempat mengelilingi Kota Lama Semarang dalam road trip dari Depok ke Yogyakarta. Mampir sebentar ke Semarang tapi tidak turun dari mobil dan hanya melintas kawasan Kota Lama Semarang sebentar saja. 

Kini Kota Lama Semarang sangat tertata rapi dengan peninggalan bangunan-bangunan khas kolonial. 

Jalannya dibuat dari konblok dengan adanya trotoar untuk pejalan kaki. Ada pula lampu di sepanjang jalan. Kebayang, deh, jalan-jalan sore menjelang malam di Kota Lama Semarang bisa jadi pengalaman seru!

Namun, hanya punya waktu terbatas di Semarang, Bubu pun berkeliling Kota Lama Semarang di siang hari dan nggak menghabiskan waktu terlalu lama. 

Bagaimana Kota Lama Semarang bisa menjadi seperti sekarang dan apa saja yang menarik di kawasan sejarah budaya ini???  


Sejarah Kota Lama Semarang

Kota Lama Semarang ternyata memiliki sejarah yang amat panjang. Dimulai pada abad ke-15 ketika Semarang menjadi pelabuhan penting dalam perdagangan rempah-rempah di Jawa. 

Pada awalnya, kawasan ini terletak di tepi sungai dan menjadi tempat berlabuh kapal-kapal dagang dari berbagai negara, seperti Tiongkok, India, Arab, dan Belanda.

Kota Lama Semarang mulai berkembang sebagai pusat perdagangan pada masa penjajahan Belanda. Kota Lama berdiri sekitar akhir abad ke-17, setelah terjadi perjanjian antara Kerajaan Mataram di bawah kekuasaan Amangkurat II dan VOC pada tahun 1678.

Perjanjian itu memberikan hak kepada VOC untuk menguasai wilayah Pantai Utara Timur Jawa. VOC memilih area di dekat pusat kabupaten Semarang dan Kali Semarang sebagai tempat pemukiman agar bisa mengawasi pemerintahan Jawa dan aktivitas perdagangan dengan lebih mudah. 

Pada abad ke-18, Belanda membangun benteng pertahanan di sekitar kawasan ini untuk melindungi pelabuhan dan kepentingan dagang mereka. 

Pada abad ke-19, Kota Lama Semarang mengalami pertumbuhan yang pesat. Banyak bangunan bergaya arsitektur Eropa, terutama Belanda, dibangun di sekitar kawasan ini. 

Banyak bangunan-bangunan ini digunakan sebagai kantor pemerintahan, bank, toko, dan rumah tinggal para pejabat Belanda. Belanda juga membangun pemukiman de Europeesche Buurt yang semakin berkembang.

Setelah merdeka, pemerintah Indonesia di Semarang mulai mengambil alih perkantoran dan bangunan-bangunan milik Belanda.



Sayangnya, seiring berjalannya waktu, kawasan Kota Lama Semarang mengalami kerusakan dan penelantaran. Namun, sejak tahun 2000-an, pemerintah dan masyarakat setempat mulai sadar akan potensi sejarah dan budaya kawasan ini. 

Upaya pemugaran dan revitalisasi dilakukan untuk mengembalikan kejayaan Kota Lama Semarang. Beberapa bangunan bersejarah telah direstorasi dan diubah menjadi museum, galeri seni, kafe, dan pusat kegiatan budaya.

Kini, Kota Lama Semarang menjadi destinasi wisata yang populer bagi wisatawan lokal maupun internasional. Pengunjung dapat menjelajahi jalan-jalan bersejarah, mengunjungi museum-museum, dan menikmati keindahan arsitektur klasik yang terdapat di sekitar kawasan ini. 


Spot Menarik di Kota Lama Semarang

Beberapa bangunan bersejarah di kawasan Kota Lama Semarang masih tegak berdiri hingga kini dan menjadi ikon di kawasan tersebut. 

Salah satunya adalah Gedung Marba yang sudah ditetapkan menjadi cagar budaya. Bangunan dua lantai ini dulunya adalah sebuah kantor pelayaran dan toko dagang.

Saat Bubu melewati Gedung Marba, ada sign kantor pengacara di dinding depan gedung ini. Nah, kelihatannya sekarang gedung ini merupakan kantor perusahaan dan tidak bisa dimasuki dengan bebas.

Di seberang Gedung Marba terdapat Taman Srigunting dan sebuah gereja dengan bentuk yang unik. Ya, itulah Gereja Blenduk atau GPIB Immanuel Semarang.

Gereja ini terbilang unik karena atapnya yang berbentuk kubah. Karena itulah disebut Blenduk atau menggembung. Selain itu gereja Kristen tertua di Jawa Tengah yang dibangun pada 1753 ini pun masih difungsikan sebagai tempat beribadah hingga kini.   



Satu bangunan lagi yang menarik dan dekat dengan Gedung Marba adalah Gedung Spiegel.  

Bangunan ini ternyata sudah ada sejak 1895. Dulunya Spiegel merupakan toko serba ada yang menjual peralatan rumah tangga. Kini Spiegel menjadi rumah makan Spiegel Bar & Bistro yang menyajikan menu-menu Western. 

Tak hanya tiga bangunan ini saja yang menarik untuk dikunjungi, tapi masih ada banyak bangunan lainnya yang juga memiliki nilai sejarah tinggi seperti Soesmans Kantoor, De N.V. Nederlandsche Handel-Maatschappij te Samarang, Kantoor van Koloniale Bank bij Samarang, hingga Rumah Akar. 



Untuk bisa menikmati kawasan Kota Lama Semarang tidak dipungut biaya alias gratis, ya! Kecuali jika Manteman berkunjung dna masuk ke dalam beberapa museum dan galeri yang ada di sana, seperti Semarang Contemporary Art Gallery atau Museum Kota Lama. 

Rasanya pingin banget menyusuri Kota Lama Semarang dengan panduan guide supaya lebih paham dan mengerti tentang cerita sejarah bangunan-bangunannya.

Next, mesti dijadwalkan, nih, buat ke Semarang lagi! :D



Bubu Dita

@rumikasjourney


Wednesday, May 31, 2023

NamJooning di Semarang Contemporary Art Gallery

Kota Lama Semarang dapat menjadi salah satu tujuan destinasi saat Manteman berlibur ke Semarang. 

Di tempat yang sudah direvitalisasi ini ada banyak bangunan peninggalan masa Belanda yang masih berdiri hingga kini. 

Di Kota Lama Semarang pula ada sebuah bangunan yang khusus memamerkan hasil karya seniman-seniman baik lokal maupun mancanegara, yaitu Semarang Contemporary Art Gallery. 

Lokasi tepatnya berada di Jl. Taman Srigunting No.5-6, tidak jauh dari Gereja Blenduk dan Gedung Der Spiegel yang ada di kawasan Kota Lama Semarang. 

Ada apa saja di galeri seni ini? Yuk, simak pengalaman Bubu NAMJOONING di Semarang Contemporary Art Gallery!


Tentang Istilah Namjooning

Sebelum membahas soal Semarang Contemporary Art Gallery, Bubu mau membahas sedikit tentang istilah Namjooning, ya, dan apa hubungannya dengan seni… :D 

Bagi BTS Army, istilah Namjooning pasti sudah nggak asing lagi. 

Istilah ini lahir dari kebiasaan RM, salah satu member sekaligus leader BTS yang kerap menghabiskan waktu sendirinya untuk melakukan berbagai aktivitas, seperti jalan-jalan di taman, baca buku, menikmati alam, hingga mengunjungi museum serta galeri-galeri seni. 

Nah, NamJoon sendiri merupakan nama asli dari RM BTS, yaitu Kim NamJoon. Karena itulah istilah NamJooning merujuk pada hal yang NamJoon banget, diluar kegiatannya sebagai member BTS. 

Apalagi saat member BTS mulai mempunyai akun Instagram, RM sering mem-posting hal-hal yang disukainya tersebut, termasuk ke galeri seni. 

Di salah satu wawancara dengan media, RM juga pernah cerita kalau kebiasaan ke museum dan galeri seni muncul saat BTS melakukan tur konser ke berbagai negara. 

Di sela waktu senggangnya, ia ke museum dan galeri seni di negara tersebut. Hal itu membuatnya begitu antusias akan seni dan mulai mempelajarinya.

Jadi udah nggak bingung lagi, kan, ya sama istilah NamJooning ini… :D  


Sejarah Bangunan Semarang Contemporary Art Gallery

Bangunan yang kini menjadi lokasi Semarang Contemporary Art Gallery sebenarnya bukan merupakan lokasi pertama.

Awalnya Semarang Gallery berdiri tahun 2001 dan berlokasi di pusat kota. Kemudian tahun 2008, pindah ke bangunan yang sekarang. 

Bangunan yang kini ditempati Semarang Contemporary Art Gallery di Kota Lama Semarang ternyata merupakan bangunanbersejarah juga, lho. 

Menurut referensi yang Bubu dapat dari galeri seni ini, bangunan dua lantai ini awalnya di tahun 1822 merupakan tempat tinggal Pastur L. Prinsen. Selain ini juga menjadi tempat ibadah umat Katolik.

Tahun 1918, bangunan ini sempat diruntuhkan dan dibuat bangunan baru dengan gaya Spanish Colonial. 

Pada 1933, bangunan ini menjadi kantor De Indische Lloyd, sebuah perusahaan asuransi pertama di Indonesia. 

Bangunan ini kemudian diambil alih oleh seorang tuan tanah asal Semarang bernama Tasripin. 

Selain pernah menjadi kantor perusahaan asuransi, bangunan bercat putih ini juga pernah menjadi gudang, dealer motor, kantor farmasi, hingga pabrik sirup. 

Nah, barulah pada 2007 pemilik galeri bernama Chris Darmawan melakukan konservasi dan setahun berikutnya menggunakan bangunan ini menjadi Semarang Contemporary Art Gallery.  


Ada Apa di Semarang Contemporary Art Gallery?

Semarang Contemporary Art Gallery didirikan untuk mempromosikan dan mendukung perkembangan seni kontemporer karya-karya seniman kontemporer Asia, khususnya dari Indonesia.

Seiring dengan semakin berkembangnya minat masyarakat terhadap seni kontemporer, pendirian galeri ini merupakan respons terhadap kebutuhan untuk memberikan ruang ekspresi bagi seniman lokal maupun internasional.

Sebagai galeri seni kontemporer, Semarang Contemporary Art Gallery juga berperan sebagai tempat pameran dan pertemuan bagi seniman, kurator, kolektor, dan pecinta seni. 

Galeri ini biasanya menyelenggarakan pameran tunggal dan kolektif yang menampilkan beragam bentuk seni kontemporer, seperti lukisan, patung, instalasi, karya multimedia, dan karya seni lainnya. 

Selain itu, galeri ini juga mengadakan diskusi, lokakarya, dan acara budaya terkait seni kontemporer untuk meningkatkan pemahaman dan apresiasi terhadap seni di kalangan masyarakat.

Mengutip dari website-nya, pemilik galeri, Chris Dharmawan, seorang kolektor dan filantropi seni, berpendapat bahwa perjumpaan antara manusia, budaya, seni dan idealisme dalam satu ruang akan selalu menghasilkan keindahan bagi seluruh kehidupan manusia yang utuh. 

Setelah masuk ke dalamnya, galeri ini memang tidak terlalu besar, namun suasana yang dihadirkannya terkesan hangat dengan pencahayaan yang cukup baik. 

Oiya, untuk bisa masuk bayar tiketnya Rp 25.000,-, ya. 

Pengunjung bisa menikmati pameran seni di lantai satu maupun lantai dua. Dari lantai dua pun tetap terlihat yang ada di bagian lantai bawah. 

Saat ada di Semarang Contemporary Art Gallery ini Bubu sempat menikmati hasil karya seniman lokal Ines Katamso dan Alexander Sebastianus. 

Setelah melihat pameran, Bubu berkeliling ke bagian belakang galeri. ternyata di sana terdapat toko kue Bloomery Pattiserie dengan berbagai wall art dan patung seni yang menghiasi suasana sekitarnya. 


Tentang Pameran INQUIRIOUS

Tadi di atas Bubu sempat menyinggung kalau Bubu sempat melihat dan menikmati pameran yang diadakan di Semarang Contemporary Art Gallery, ya.

Nah, pameran dengan seniman Ines Katamso dan Alexander Sebastianus tersebut bertajuk  INQUIRIOUS. Berasal dari kata inquiry (penelusuran) dan curious (keingintahuan).

Untuk karya Ines Katamso menempati lantai bawah galeri, sedangkan karya Alexander Sebastianus ada di lantai dua. 

Ines Katamso menyajikan seni kertas dengan paduan warna-warna earth tone. Ada pula instalasi dengan pasir dan batuan. 

Tema yang diusungnya adalah Telluric Monster, berhubungan dengan fenomena alam, natural biologi, hingga budaya. 

Sementara itu karya Alexander Sebastianus menampilkan seni tenun dengan penggabungan kriya tradisional dengan seni modern. 


Bubu memang nggak terlalu paham soal seni, ya. Tapi saat berada di galeri ini Bubu bisa menikmatinya… :) 

Bubu selalu suka dunia kriya. Memang anak penjahit, ya, jadi dari kecil sudah terbiasa lihat kain ber-roll-roll. :D untuk tenun kaya Alexander Sebastianus ini juga Bubu suka melihatnya. Apalagi dibuat jadi instalasi dalam pameran ini. 

Nah, Bubu pun suka banget dua karya Ines Katamso yang ada di bawah ini. 


Penasaran sebenarnya dengan teknik yang dipakai Ines Katamso untuk mewarnainya itu gimana… :D

Oiya, pameran INQUIRIOUS ini berlangsung dari 6 Mei - 6 Juli 2023 dan dikuratori oleh Ganjar Gumilar, ya.

Gimana, tertarik buat ke Semarang Contemporary Art Gallery jugaaa??? :) 



Semarang Contemporary Art Gallery

Jalan Taman Srigunting, Tanjung Mas, Semarang


Website:

semaranggallery.com


Jam Buka:

Selasa - Minggu 

10.00 - 20.30 WIB


Harga Tiket:

Rp 25.000,-


Bubu Dita

@rumikasjourney



Sunday, May 28, 2023

Review Hotel Artotel Semarang, Hotel Nyeni Karya Arsitek Andra Matin

hotel-artotel-semarang

Ada banyak hotel di Semarang yang bisa jadi tempat akomodasi Manteman selama berlibur ke Semarang. 

Dari sekian banyak hotel, pilihan Bubu jatuh ke Hotel Artotel Semarang. Hotel dengan banyak seni di dalamnya. :) 

Hotel Artotel Semarang bisa dibilang berbeda dengan hotel lainnya. Konsep ART atau seni yang diusung hotel ini terlihat mulai dari saat kita memasuki hotel. 

Gimana serunya Hotel Artotel Semarang dan apa aja hal unik di dalamnya? Yuk, simak cerita review Bubu soal Hotel Artotel Semarang berikut ini. 


Hotel yang Nyeni di Semarang

Hotel Artotel Semarang terletak di Jalan Gajahmada. Boleh dibilang lokasinya cukup strategis dan berada di tengah kota Semarang. 

Hotel ini memiliki bentuk bangunan yang terlihat berbeda juga dengan bangunan di sekelilingnya. Fasadnya tampak berwarna gelap dengan sentuhan modern kontemporer. 

Dari buku panduan yang Bubu baca di kamar barulah Bubu tahu kalau arsitek yang mendesain Hotel Artotel Semarang adalah Andra Matin. 

Nama Andra Matin sangat dikenal dalam dunia arsitektur.  Beberapa karyanya antara lain, YVE Habitat, Samanea Hill, Potato Head Beach Club Bali, Bandara International Banyuwangi, dan lainnya. 

Karya-karyanya juga mendapat berbagai penghargaan baik tingkat nasional maupun internasional. 

Hotel Artotel Semarang yang ada sejak 2019 ini juga menggandeng enam seniman lokal untuk membuat karya seni kontemporer bertema Re-Imagine Semarang di setiap sudut hotel, termasuk di dalam kamar. 

Seniman-seniman lokal tersebut, antara lain Eko Nugroho, Diela Maharani, Ummi Shabina, Horestes Vicha, Bunga Jeruk, dan Zaky Arifin. 

hotel-artotel-semarang

Wah, bayangin aja, ya, ada 80 unit kamar di hotel ini dengan desain gambar unik dari para seniman lokal ini! :)


Lobby & Art Space Hotel Artotel Semarang

Begitu sampai di Hotel Artotel Semarang, Bubu langsung masuk dan mencari lobby. 

Nah, untuk ke lobby ini dari depan bangunan hotel Bubu harus melewati jalan menanjak yang agak tinggi hingga bisa sampai ke pintu yang menuju lobby. Eh, ternyata supaya lebih mudah ke lobby, tamu bisa masuk melalui basement dan naik lift hingga sampai ke lantai lobby. :D  

Dari bentuk bangunannya memang unik banget, gais! :D 

Nggak sampai di situ aja. Saat sudah di lobby pun, Bubu melihat ada motor vespa warna merah menyala, lukisan para seniman lokal, hingga bunga anggrek segar. Banyak tanaman juga di lobby. 

Yang bikin menarik, bagian atas lobby merupakan cermin sehingga ada kesan berbeda saat berada di lobby. 

hotel-artotel-semarang-lobby-hotel

Di dekat lobby hotel juga ada art space di mana menampilkan lukisan-lukisan yang dipamerkan. Art space ini bisa menjadi wadah bagi seniman lokal juga untuk menunjukkan karya seninya secara berkala. 

Saat Bubu menginap, seni lukis yang dipamerkan adalah ekshibisi dari seniman lokal Hani Santana dengan judul “Nothing But Love”. 

hotel-artotel-semarang-artspace

hotel-artotel-semarang-artspace

Di art space ini pula Bubu melihat ada booth Rumah Atsiri, lho! Belum kesampaian ke Rumah Atsiri yang ada di Tawangmangu, Karanganyar tapi di sini Bubu bisa melihat berbagai produknya. 


Kamar di Hotel Artotel Semarang

Hotel Artotel Semarang memiliki 12 lantai dengan total 80 kamar. 

Kamar yang ada di hotel ini terdiri dari tiga tipe kamar berbeda, yaitu Studio 25, Studio 30, dan Studio 55. Semakin tinggi angkanya semakin besar pula luas kamarnya. 

Saat Bubu menginap di sana Bubu menempati kamar tipe Studio 30 yang berada di lantai 10. 

hotel-artotel-semarang-kamar-hotel

hotel-artotel-semarang

Kamarnya cukup luas dan memiliki fasilitas cukup lengkap. Ditambah lagi ada sofa kecil di sebelah tempat tidurnya. Lumayan banget buat selonjoran, ya… :D 

Nah, untuk kamar yang Bubu tempati ini karya seniman lokal yang melukis dindingnya adalah karya dari Zaky Arifin. 

Karyanya terlihat khas dan menonjol dengan permainan bentuk garisnya. 

Hal yang Bubu suka dari kamar di Hotel Artotel Semarang adalah adanya mesin untuk menyeduh kopi juga adanya lampu di bagian belakang bed. 

Di dekat lampu belakang bed ini pula ada saklar dan bisa menaruh handphone maupun buku. Suka banget sama desain tempat tidur yang kayak gitu! :D 

Baca Juga: 7 Kuliner Khas Semarang


Fasilitas Hotel Artotel Semarang

Hotel Artotel Semarang memang tidak memiliki fasilitas kolam renang. Meski begitu ada beberapa fasilitas lainnya di hotel ini yang bisa dicoba oleh tamu dan pengunjung. 

beberapa fasilitas tersebut antara lain Fat Elephant Restaurant, 11 12 Rooftop Bar, serta Meetspace.

Fat Elephant Restaurant merupakan resto yang menyajikan menu sarapan untuk para tamu hotel. Restorannya tidak terlalu besar tapi menarik banget karena ada lukisan karya Eko Nugroho dengan warnanya yang mencolok. 

hotel-artotel-semarang-restoran

hotel-artotel-semarang-menu-sarapan

hotel-artotel-semarang-restoran

Untuk menu sarapan yang ditawarkan juga cukup beragam dari menu khas Indonesia sampai menu masakan barat. 

Selain Fat Elephant Restaurant yang berada di lantai bawah, ada fasilitas lain untuk menikmati santapan di hotel ini, yaitu  11 12 Rooftop Bar. 

Dari namanya aja sudah ketahuan ya kalau letaknya berada di bagian paling atas hotel. Bar ini memiliki ruang indoor dan outdoor. Dari rooftop outdoor inilah kita bisa melihat city view Semarang hingga kejauhan. 

hotel-artotel-semarang-bar

hotel-artotel-semarang-rooftop

Fasilitas lain yang ada di hotel ini adalah Meetspace yang bisa menjadi tempat untuk melakukan meeting bersama. 

Baca Juga: Adiwana Jelita Sejuba Natuna


Rate Hotel Artotel Semarang

Penasaran berapa rate hotel dengan arsitektur dan karya seni seniman lokal di dalamnya???

Untuk tipe kamar Studio 25, rate kamar per malam dengan sarapan berkisar di Rp 632.000,-. Sedangkan kamar tipe Studio 30 rate-nya hanya beda sedikit saja. Rate-nya Rp 672 ribu. 

Nah, untuk tipe kamar paling besar Studio 55, rate per malam sekitar Rp 1. 352.000,-

Rate ini Bubu cek di website resmi Hotel Artotel Semarang, ya. Bisa jadi rate-nya akan berubah di platform lain dan tanggal lain yang dipilih. 

hotel-artotel-semarang

Gimana, tertarik buat menginap di Hotel Artotel Semarang saat berkunjung ke Semarang??? :D


Bubu Dita 

@rumikasjourney


Saturday, May 27, 2023

7 Kuliner Khas Semarang

kuliner-khas-semarang

Jalan-jalan ke Kota Semarang jangan lupa juga buat nyobain berbagai kuliner khasnya, ya.

Saat Bubu ke Semarang beberapa waktu lalu, meskipun hanya menginap semalam, alhamdulillah banget bisa nyoba kuliner khas Semarang. 

Meskipun nggak banyak yang bisa Bubu coba karena keterbatasan waktu, tapi lumayan banget, deh, bisa ngobatin rasa kangen sama Semarang… :)  

Ada beberapa kuliner khas Semarang yang bisa langsung Manteman nikmati di kota Atlas ini atau pun juga dibawa sebagai oleh-oleh. Berikut beberapa rekomendasi kuliner khas Semarang, ya!

Sunday, May 21, 2023

Semalam di Adiwana Jelita Sejuba Natuna

hotel-di-natuna

Saat di Natuna, Bubu menghabiskan satu malam menginap di Adiwana Jelita Sejuba Natuna. 

Jam sudah menunjukkan pukul 8 malam lebih ketika mobil yang mengantar Bubu tiba di penginapan ini. 

Suasana jalanan di Natuna saat malam memang sudah sepi, begitu pun dengan penginapan ini. Sepi dan terkesan agak gelap. Namun demikian, terdengar sayup-sayup suara deburan ombak. 

Adiwana Jelita Sejuba memang berada tepat di pinggiran pantai, sehingga suara pantai dan ombak laut pun bisa terdengar dengan jelas. 

Resort di Natuna ini ternyata terbagi menjadi dua bagian. Ada bagian yang persis berada di pinggir pantai, ada juga bagian penginapan yang berada di seberangnya. 

adiwana-jelita-sejuba-natuna

Nah, di bagian seberang inilah terdapat lobby dan kebetulan kamar yang Bubu dapatkan juga ada di bangunan ini. Jadi bukan kamar yang tepat di pinggir pantai, ya. 

Mau lihat kamar dan fasilitas apa saja yang ada di resort cantik ini. Yuk, simak cerita Bubu di bawah ini!

 

Tipe Kamar di Adiwana Jelita Sejuba Natuna

Adiwana Jelita Sejuba Natuna memiliki beberapa tipe kamar. Untuk akomodasi Bubu di resort ini, Bubu menginap di kamar tipe Natuna Room. 

Ini merupakan kamar tipe paling rendah di Adiwana Jelita Sejuba Natuna. Namun demikian kamar ini memiliki luas sekitar 31,5 m2. 

Jika dibanding dengan beberapa hotel yang pernah Bubu inapi, tipe kamar terendah dengan luas lebih dari 30 m2 sih sudah bagus banget! :D 

Kamar ini dilengkapi dengan AC, fasilitas untuk membuat teh dan kopi, mini bar, deposit box, tv kabel, wifi, hair dryer, hingga kimono. :) 

kamar-di-adiwana-jelita-sejuba-natuna

adiwana-jelita-sejuba-natuna

Ruang kamar luas, bersih, dengan jendela besar. Sayangnya kamar tidak menghadap ke pantai dan laut, ya. Untuk kamar Natuna Room, jendela menghadap ke arah taman. 

Kamar mandi juga cukup luas dengan sabun, shampo, dan body lotion yang memakai kemasan isi ulang. Penginapan kayak gini, nih, yang Bubu suka karena termasuk yang memperhatikan lingkungan dengan meminimalkan sampah. 

Namun sayangnya Bubu sempat butuh sesuatu ke resepsionis dan nggak tau telepon untuk ke resepsionis itu ada di mana… Asli, beneran nggak ngeliat. Entah ada tapi Bubu nggak lihat atau memang nggak ada telepon di kamar Bubu juga kurang paham, deh. :D 

Akhirnya Bubu memutuskan untuk ke lobby saat menjelang tengah malam. Eh, tapi karena suasana gelap akhirnya Bubu mundur dan balik lagi ke kamar… :D 

Oiya, selain Natuna Room, ada tipe kamar lainnya dengan luas kamar seperti di bawah ini.

Natuna Ocean View (31,5 m2)

Adiwana Ocean View (41 m2)

Executive Villa (63.9 m2)

Sejuba Villa (210 m2)

Natuna Villa (292 m2)

Presidential Villa (484 m2)

kamar-di-adiwana-jelita-sejuba-natuna

Jika Manteman punya banyak waktu di Natuna dan ingin bersantai di resort, saran Bubu lebih baik memilih kamar yang langsung menghadap ke laut, ya. 

Untuk kamar tipe villa bahkan memiliki fasilitas bathtub dan private pool, lho! Jadi makin bikin betah, kan, di resort ini. 

Adiwana Jelita Sejuba Natuna juga menurut Bubu cocok bangeeeeet buat dijadikan tempat untuk honeymoon. Suasana relatif tidak ramai, dengan pantainya yang bagussss…

Baca Juga: Review Kosenda Hotel Jakarta


Fasilitas di Adiwana Jelita Sejuba Natuna

Saat menginap di Adiwana Jelita Sejuba Natuna ini sayangnya Bubu nggak bisa menikmati berbagai fasilitas di dalamnya karena terkendala waktu. Pagi setelah sarapan Bubu langsung berangkat lagi menuju bandara untuk kembali ke Jakarta. 

Meski begitu Bubu sempat melihat beberapa fasilitas yang ada di resort ini secara langsung dan melihat di website-nya juga. Fasilitas di Adiwana Jelita Sejuba Natuna antara lain: 

  • Ocean Pool

Seperti infinity pool yang mengarah langsung ke lautan. Kalau Manteman menginap di sini fasilitas kolam renang ini wajib banget, sih, buat dicoba. Meski menginap di tipe kamar dengan private pool pun, mencoba kolam renang di resort ini pasti akan jadi pengalaman seru!


  • Tejas Spa

Tempat spa ini berada di bangunan pinggir pantai. Letaknya berada sebelum restoran jika berjalan dari arah depan resort. 

spa-adiwana-jelita-sejuba-natuna

Perjalanan ke Natuna memang cukup jauh dari Jakarta. Pesawat harus transit dulu di Batam, berganti pesawat dan baru menuju ke Natuna. 

Rasa lelah di perjalanan bisa terobati dengan mencoba spa di resort ini. 


  • Restoran Napoleon

Ini dia fasilitas di Adiwana Jelita Sejuba Natuna yang paling Bubu suka. Restoran Napoleon ini benar-benar langsung menghadap ke laut! 

Restoran ini berkonsep semi terbuka dengan menu fusion Asia dan sajian nusantara. Saat sarapan Bubu menikmati nasi, mie goreng, tumis pokcoy, ikan goreng tepung, buah-buahan, dan kue jajanan pasar. 

restoran-adiwana-jelita-sejuba-natuna

restoran-breakfast-adiwana-jelita-sejuba-natuna


  • Ballroom

Tepat di bagian depan resort terdapat ballroom yang cukup besar. Awalnya Bubu pikir bangunan itu termasuk kamar di resort ini. Namun setelah Bubu lihat dan membawa tulisannya saat pagi hari barulah Bubu ngeh kalau ini merupakan ballroom.

ballroom-adiwana-jelita-sejuba-natuna

Nama ballroom-nya sendiri adalah Gajah Mina Function Room. gedung ini bisa dimanfaatkan untuk meeting, pernikahan atau acara lainnya. 

Untuk fasilitas lainnya yang ada di Adiwana Jelita Sejuba Natuna bisa Manteman cek juga di website resort ini langsung, ya…


Tempat Menarik di Sekitar Adiwana Jelita Sejuba Natuna

Ada beberapa tempat wisata menarik yang berada tidak jauh dari Adiwana Jelita Sejuba Natuna. Namun jika hanya ingin berada di resort ini saja dan bermain di pantainya juga bisa banget. 

adiwana-jelita-sejuba-natuna

adiwana-jelita-sejuba-natuna

Pantai Jelita Sejuba memiliki lanskap unik dengan berbagai batuan besar yang ada di sekeliling pantai. Air lautnya pun jernih dan bersih. Jelita Sejuba ternyata juga masuk sebagai ke dalam kawasan Geopark Nasional untuk kategori plutonik granit.

Resort ini juga menyediakan berbagai spot foto instagramable pinggir pantai yang bisa digunakan oleh pengunjung. 

Jika ingin berkeliling di luar resort, Manteman juga bisa mengunjungi tempat-tempat wisata, seperti Alif Stone Park, Pantai Teluk Selahang, Batu Sindu, dan tempat wisata lainnya. 

Baca Juga: Tempat Wisata di Natuna



Rate Adiwana Jelita Sejuba Natuna

Untuk menginap di resort ini rate kamar tipe Natuna Room berkisar Rp 1,7 juta/malam sudah termasuk breakfast.

Sedangkan untuk kamar tipe Natuna Ocean View harga per malamnya sekitar Rp 1,9 juta. Semakin tinggi tipe kamar, semakin mahal. Termahal Bubu cek di OTA untuk kamar tipe Presidential Villa rate-nya mencapai Rp 20 juta/malam. Wiiiiwww…. 


Nah,  nama Jelita Sejuba sendiri ternyata pernah menjadi judul salah satu film nasional Indonesia di tahun 2018. Judul lengkap filmnya Jelita Sejuba: Mencintai Kesatria Negara. 

Film ini dibintangi oleh Putri Marino, Wafda Saifan Lubis, Alvaro Maldini, dan aktor lainnya. 

Film Jelita Sejuba mengambil latar di Natuna dan berkisah tentang suka duka istri yang bersuamikan TNI. 

Manteman ada yang sudah menonton filmnya? Jujur, kalau Bubu belum menonton dan setelah lihat trailer-nya memang tampak keindahan alam Natuna di film tersebut.

Gimana, tertarik buat nonton film Jelita Sejuba dan menginap di Adiwana Jelita Sejuba Natuna? :)



Bubu Dita

@rumikasjourney