Mengenal Paras Nusantara di Museum Nasional


Coba hitung ada berapa banyak suku di Indonesia?? Negeri kita memang negeri yang kayanya kebangetan! :D Bukan hanya dalam hal sumber daya alam dan budaya, tetapi juga dalam keragaman manusia yang mendiami setiap pulau dari Sabang hingga Merauke. 

Untuk merayakan keragaman tersebut, lahirlah sebuah konsep yang disebut Paras Nusantara. Paras Nusantara merupakan gagasan tentang bagaimana rupa atau wajah-wajah masyarakat Indonesia di masa lalu, yang direkam melalui lukisan, foto, dan teknologi digital. 

Konsep ini ternyata nggak hanya menyimpan nilai estetika, tetapi juga menjadi cerminan sejarah, identitas, dan perkembangan bangsa.


Apa Itu Paras Nusantara?

Secara harfiah, “paras” berarti rupa atau wajah, sementara “Nusantara” merujuk pada wilayah kepulauan Indonesia. Maka, Paras Nusantara dapat diartikan sebagai wajah-wajah khas dari berbagai penjuru Nusantara. 

Paras Nusantara tidak hanya menggambarkan fisik, tapi juga identitas budaya: dari pakaian adat, ekspresi wajah, latar belakang geografis, hingga status sosial. Melalui Paras Nusantara, kita diajak melihat siapa kita di masa lalu, bagaimana nenek moyang kita tampil dan mengekspresikan diri, serta seperti apa keragaman etnis yang membentuk Indonesia.

Salah satu tokoh yang berjasa dalam memperkenalkan dan mendokumentasikan Paras Nusantara adalah Raden Saleh Pirngadie, pelukis sekaligus fotografer era kolonial yang nggak terlalu banyak dikenal namun memiliki kontribusi besar dalam menggambarkan rupa manusia Indonesia pada zamannya.


Baca Juga: Museum Betawi Setu Babakan


Mengenal R. Pirngadie: Seniman di Balik Paras Nusantara

Raden Saleh Pirngadie atau lebih dikenal sebagai R. Pirngadie adalah seorang pelukis dan fotografer berdarah Jawa yang aktif pada akhir abad ke-19 hingga awal abad ke-20.

Pirngadie adalah satu dari sedikit seniman pribumi yang berhasil menembus dominasi seniman Eropa dalam dunia seni rupa Hindia Belanda. Ia bekerja sebagai ilustrator untuk berbagai lembaga pemerintah kolonial dan menghasilkan banyak lukisan serta gambar ilustratif untuk buku-buku geografi, etnografi, dan pelajaran sekolah.

Salah satu karya pentingnya adalah seri lukisan potret yang menggambarkan berbagai suku bangsa di Indonesia. Dalam karyanya, kita bisa melihat wajah seorang perempuan Batak, pria Bugis, wanita Bali, hingga anak-anak dari Papua. 

Semuanya dilukis dengan teliti, penuh nuansa, dan jauh dari kesan eksotis yang kerap muncul dalam lukisan orientalis Eropa saat itu. Karya-karya inilah yang kemudian dianggap sebagai cikal bakal dari konsep Paras Nusantara.


Paras Nusantara di Museum Nasional

Duluuuu sekali saat Bubu baru menginjakkan kaki di Museum Nasional atau Museum Gajah, Bubu sempat melihat gambar peta Indonesia di mana di bagian sisi-sisinya terdapat banyak wajah yang menggambarkan suku-suku di Nusantara, 

Museum Nasional Indonesia menampilkan Paras Nusantara sebagai bagian dari upaya pelestarian sejarah visual Indonesia. Di salah satu ruang khusus dalam museum, para pengunjung bisa melihat lukisan yang menampilkan wajah-wajah masyarakat Indonesia dari berbagai daerah.

Lukisan ini menunjukkan bagaimana wajah-wajah dari berbagai daerah di Indonesia memiliki ciri khas masing-masing, baik dari segi bentuk wajah, warna kulit, gaya rambut, hingga pakaian tradisional.


Baca Juga: Koleksi Unik dan Harga Tiket Masuk Museum Wayang


Fitur AI Paras Nusantara: Ketika Teknologi Bertemu Tradisi

Paras Nusantara yang awalnya hanya lukisan semata, kini tampil dengan mengikuti perkembangan zaman. 

Pertama kali Bubu melihat fitur Paras Nusantara menggunakan teknologi AI tentunya di social media. Fitur ini memungkinkan pengunjung untuk “bertemu” dengan versi Paras Nusantara yang paling mirip dengan wajah mereka sendiri.

Caranya cukup sederhana: pengunjung hanya perlu memindai wajah mereka di salah satu perangkat interaktif yang tersedia. Teknologi AI akan menganalisis bentuk wajah, proporsi mata, hidung, bibir, serta warna kulit, lalu mencocokkannya dengan arsip potret Paras Nusantara yang ada dalam database museum. 

Dalam hitungan detik, layar akan menampilkan wajah dari masa lalu bisa jadi seorang wanita Minangkabau dari awal abad ke-20 atau pria Dayak Kalimantan dari masa kolonial yang dianggap memiliki kemiripan fitur dengan pengunjung.

Pengalaman ini tidak hanya menyenangkan secara visual, tapi juga menyentuh secara emosional. Banyak pengunjung merasa terhubung dengan sejarah ketika melihat wajah mereka “menyatu” dengan potret-potret masa lalu. 

Seolah-olah, teknologi mengajak kita menyapa nenek moyang kita, bukan lewat silsilah atau cerita, tapi lewat visual yang begitu nyata dan personal.

Fitur ini pun menjadi sarana edukatif yang efektif, khususnya bagi generasi muda. Lewat pendekatan teknologi yang mereka akrabi, mereka diajak mengenal kekayaan sejarah dan budaya bangsanya sendiri tanpa merasa sedang digurui.

Namun memang teknologi ini bisa saja menunjukkan hasil yang diluar prediksi. Misalnya saja pengunjung yang merupakan keturunan Suku Sunda, bisa saja nantinya hasil AI akan menampilkan kalau struktur wajahnya lebih condong atau lebih cocok ke Suku Bali. :) 

Saat Bubu ke Museum Nasional beberapa waktu lalu, Bubu juga sempat mencoba fitur AI ini. Dan hasilnya ternyata teat. Wajah Bubu dianggap sebagai wajah Suku Solo, dimana memang itulah kenyataannya. Bubu lahir dari keturunan Solo dan Yogyakarta… :) 

Untuk mencoba fitur ini di Museum Nasional harap bersabar, ya. Terutama jika datang di hari libur. Di hari biasa pun ada banyak rombongan anak sekolah yang mengunjungi museum ini dan mencoba fiturnya. 

Fitur Ai ini gratis ya jika hanya mencobanya saja. Namun jika ingin mencetak hasilnya juga bisa banget! Akan dikenakan biaya sebesar Rp 20 ribu dan kita bisa mendapat satu lembar foto hasil AI Paras Nusantara. Pembayarannya bisa melalui QRIS jadi sangat memudahkan. :)


Mengapa Paras Nusantara Penting?

Paras Nusantara bukan sekadar pameran wajah-wajah dari masa lalu. Ia adalah pengingat bahwa Indonesia terbentuk dari keberagaman. Setiap paras menyimpan kisah: tentang perjuangan, tentang akar budaya, tentang asal-usul. 

Di tengah arus globalisasi yang sering kali membuat identitas lokal larut, Paras Nusantara mengajak kita untuk melihat ke dalam dan mengenali siapa diri kita sebenarnya.

Melalui karya-karya R. Pirngadie dan dokumentasi etnografis lainnya, kita diingatkan bahwa wajah Indonesia tidak satu, tapi sangat banyak, beragam, dan semua sama pentingnya

Melalui teknologi AI, kita juga diajak bercermin dan merasa terhubung dengan masa lalu, menjadikannya sebagai bagian dari diri kita pada masa kini.

Gimana, ada yang sudah mencoba teknologi AI Paras Nusantara di Museum Nasional??? Yuk, ceritain gimana hasil pemindaian wajah Manteman dengan fitur itu… :) Jika belum, yuk, dicoba juga. 

Untuk Manteman yang ada di luar Jakarta, bisa berlibur di Jakarta dan menginap di berbagai pilihan hotel. Salah satu hotel eksklusif di Jakarta yang bisa jadi pilihan adalah Hotel Raffles. Lokasinya sangat strategis dan dekat dengan pusat perbelanjaan serta tempat wisata. :) 


Dita Indrihapsari (Bubu Dita)

@rumikasjourney


Comments