Merasakan Sensasi Makan di Sarang Burung Ala Resto Lutung Kasarung

by - August 25, 2016

Dusun Bambu, family leisure park terngehits di Bandung ini memiliki empat restoran dengan keunikannya masing-masing. Ada Pasar Khatulistiwa yang menyediakan banyak sekali pilihan makanan yang di jual di booth. Resto Burangrang yang nyaman, bisa memilih untuk duduk di dalam ruangan atau di luar ruangan dengan view danau. Ada lagi Resto Purbasari berupa saung-saung di tepi danau yang memanjakan mata. Dan yang terakhir adalah resto Lutung Kasarung yang bentuknya seperti sarang burung di atas pohon!





Saat ke Dusun Bambu, saya sudah niat banget untuk mencoba sensasi makan di sarang burung ala resto Lutung Kasarung. Tiba saat jam makan siang, tentu saja resto ini penuh pengunjung, baik yang makan di dalam sarang maupun yang menyambanginya hanya untuk selfie semata. Jalan menuju sarang-sarang burung berupa jembatan panjang yang tak terlalu lebar. Hanya cukup untuk dua orang bersebelahan. Jika ada yang selfie tentu saja jalan pun menjadi tersendat. 






Beberapa meter berjalan di jembatan, kami sampai di tempat reservasi. Ternyata semua sarang burung sudah penuh. Untuk menikmati santap siang di sarang burung kala itu kami masuk waiting list dan harus menunggu selama kurang lebih 1,5 jam. Waktu yang cukup lama namun untungnya di Dusun Bambu banyak hal menarik yang bisa dilihat. Saat Yaya Indro menunggu sambil menyemil di Pasar Khatulistiwa, saya dan anak-anak bermain di Playground.




Satu jam lebih berlalu dan kami pun bersiap kembali untuk menuju Resto Lutung Kasarung. Kami mendapat sarang burung nomor tujuh. Sarang burung ini termasuk yang berukuran besar.  Ya, di resto ini memang ada yang berukuran kecil untuk sampai 4 orang dan yang berukuran besar yang bisa menampung hingga 7-8 orang. 




Resto Lutung Kasarung menerapkan sistem sewa per jam bagi pengunjung yang datang untuk makan di tempat. Kami harus merogoh kocek Rp 125 ribu untuk sewa selama satu jam setelah makanan kami datang. Jika mendapat sarang yang kecil harga sewanya Rp 100 ribu per jam. Nah, jadi mesti benar-benar niat, nih, kalau mau makan di resto ini. Lumayan juga, kan, harga sewanya. Dan jangan melepas kesempatan untuk berfoto di dalam sarang karena, ya, hanya yang menyewa dan makan di sana yang bisa melakukannya.

Kami menempati sarang yang luas, sehingga Boo dan Mika pun jadi leluasa bergerak, tak bisa diam. Apalagi Mika saat itu masih belum lancar berjalan dan ia hilir mudik di dalam sarang sambil merambat. Nah, untuk yang membawa anak kecil seperti Mika ke tempat ini harus waspada juga jika berada di dalam sarang. Kenapa? Saat saya menjaga Mika, saya melihat ada kayu yang dipasang sebagai aksen di bagian bawah terlepas, begitu pula dengan pakunya. Hati-hati, yah!




Di meja yang ada di ruangan sarang burung yang kami tempati, saya melihat ada banyak tombol berwarna-warni. Ada tombol untuk memesan makanan sampai tombol untuk penyerahan bill dengan warna yang berbeda. Tombol-tombol ini tentu memudahkan karena jarak dari sarang burung ke tempat reservasi tidaklah dekat (apalagi sarang burung yang paling ujung! hehe). Jadi, jika kita ada apa-apa di dalam sarang, tinggal pencet tombol saja. Di setiap sarang mempunyai pintu, jadi acara santap makan keluarga pun jadi lebih privat dengan kondisi tertutup meskipun di luar banyak orang berlalu lalang (sambil selfie!). 






Oya, jika ingin ke toilet pun tak perlu berjalan jauh ke bawah untuk mencarinya karena salah satu sarang burung ini berfungsi sebagai toilet. Sip, jadi walaupun resto kece ini ada diantara pepohonan tapi semuanya sudah tersedia dan anti repot.

Bagaimana dengan makanannya? Menurut saya, pilihan makanan di sini tidak terlalu banyak. Saya memesan steamboat daging dan taro milk sedangkan Yaya Indro memesan sop iga. Makanan ini cukup untuk kami berempat. Disamping itu kami juga  memesan kue cubit dan puding cokelat. 








Untuk rasa, sih, menurut saya biasa saja. Sebagai penggemar steamboat, saya rasa sayurannya masih kurang matang dan berasa agak pahit. Makanya, dibanding makanan utama saya malah lebih suka kue cubitnya. :)

Karena siang itu anak-anak belum tidur, saya pun mempercepat sesi makan siang dan tak sampai satu jam, kami sudah selesai dan bersiap pulang. Jadi, gimana kesan saya terhadap resto ini? Saya, sih, suka banget sama tempatnya. Unik, lucu, dan lain dari pada yang lain. Namun untuk makanannya terasa kurang spesial dengan harga yang agak mahal, jadi mengurangi kesan saat menikmati makan siang di sana.



Tinggal satu resto lagi yang belum kami coba di Dusun Bambu, yaitu Resto Purbasari yang berbentuk saung di tepi danau. Lihat gambar-gambar resto ini saat blogwalking jadi bikin tambah kepingin ke sana, deh. Mungkin nanti jika ada kesempatan ke Dusun Bambu lagi, kami akan mencoba makan di Purbasari (jadi inget lipen sama lulur.. eehhh, hehehe… ).




-Bubu Dita-


RESTO LUTUNG KASARUNG
DUSUN BAMBU
Jl. Kolonel Masturi Km 11 Lembang Bandung


 

Related Posts

19 komentar

  1. Aku terpesona dengan kue cubitnya mbaa. Menggiurkan sekali. Hihi. Moga kapan2 ya bisa main ke Sarang burung ini. Unik :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Warna-warniii, ya, Mba Alida. Menyenangkan liatnya hehehe.. :D

      Delete
  2. Intinya lebih menjual suasana ya mbak :). Bukan rasa makanannya. Aku pribadi sih ya kurang suka dtg k tempat yg bagus tp makanannya biasa :D. Kec kalo emang niatnya mw cari foto cantik, bolehlah yaaa :D. Tx infonya mbak..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Betuuuls Mba Fan, ini ngejual suasana banget..Hehe iyaa aku emang niat foto2 di sana juga.. Kalo niatnya makan mending yang di Pasar Khatulistiwa yg banyak booth-nya itu. Kayaknya lebih puas makan di sana, deh, mba..

      Delete
  3. 125 ribu itu hanyak untuk sewa aja ya, Mbak?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iyes, Mba Myra.. Itu cuma biaya sewa tempat di luar makanan.. Mahil, yah.. :(

      Delete
  4. Ini kalau dari Ganeca tinggal ngangkot aja ya, deket tapi belum tau kapan waktu yang pas >w<

    Oiya, aku lagi ngadain giveaway lho Mbak, kalau mau boleh mampir ke bit.ly/ga-diywithacipa ^^

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ayo, mba sekali2 main ke sana, seru jg tempatnya.. Siipp mba, meluncur liat GA-nya...

      Delete
  5. Mau steamboatnya mba Dita :)
    Asik ya klo jalan2 sekeluarga, kebersamaannya itu priceless banget

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hehe, iya Mba Uci jalan2 gini menyenangkan, yaa.. :D Semoga bisa ada kesempatan jalan2 lagi.. hehe

      Delete
  6. Di restoran Tong Tjie (disebuah mall di bandung) konsepnya hampir sama, tapi yang disana kayak sangkar burung gitu bukan sarang burung. Aih menarik tempatnya. Mupeng! :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ya ampun kayak dikurung di dalam sangkar burung dong ya Om kalo makan di resto itu haha.. Di Bandung konsep restonya lucu2, yaa.. :D

      Delete
  7. Meski harus merogoh kocek tapi pengalamannya itu ya mba ga tergantikan dan ga ternilai. Apalagi kalau perginya bareng anak2. Jadi nambah wawasan mereka. Ih kayaknya seru deh bisa makan dna minum dalam suasana begitu..

    ReplyDelete
  8. Meski harus merogoh kocek tapi pengalamannya itu ya mba ga tergantikan dan ga ternilai. Apalagi kalau perginya bareng anak2. Jadi nambah wawasan mereka. Ih kayaknya seru deh bisa makan dna minum dalam suasana begitu..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Huhuw.. Iya Mba Ira, lumayan jg ternyata ngerogoh koceknya.. Tp bener mba ke manapun jalan2 sama anak2, sama keluarga itu menyenangkan banget.. :D

      Delete
  9. mau akhh mampiirr klo ke Bandung

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya Mba, coba mampir deh seruuu tempatnya.. :D

      Delete
  10. Itu rasanya gimana teh makan ditempat yang mirip dengan sarang burung ?
    Makanannya juga muantappp teh, tapi namanya keren unik hahaha.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Eh iya, karena letaknya di atas pohon awalnya juga rada deg2an Kang.. Hehe :D

      Delete