Rumah Itu Bernama Indonesia, Sebuah Refleksi Perjalanan ke Tiga Kota di Nusantara

by - April 05, 2018



Ada orang yang bilang bahwa seumur hidupmu, kamu tidak akan pernah bisa menjejakkan langkahmu ke semua tempat di Indonesia. Ya, karena luasnya negara tercinta ini, pernyataan itu rasanya memang ada benarnya juga. Mungkin ada yang bisa mendaratkan badannya di semua provinsi, namun apakah semua jengkalnya dapat terjelajahi?

Menjelang usia 32 tahun, masih belum banyak tempat indah di negeri ini yang saya singgahi. Tapi saya tetap bersyukur mendapat kesempatan untuk menjelajah ke beberapa tempat indah di Indonesia. Dan memori itu sulit dihilangkan.

Saya lahir dari orangtua yang suka bepergian ke mana-mana. Papa, seorang Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang sudah melangkahkan kakinya dari ujung barat sampai timur Indonesia untuk keperluan mengajar. Mama, pun tak kalah lincahnya. Pergi ke tempat baru, mencicipi berbagai kulinernya menjadi aktivitas favoritnya.

Dari mereka berdualah saya sejak kecil jadi mempunyai keinginan juga untuk bisa kemana-mana. Meski bukan berasal dari keluarga yang bisa dengan mudahnya mengeluarkan uang untuk traveling, ada keyakinan dalam diri saya bahwa saya bisa bepergian ke tempat yang saya inginkan. Saya selalu yakin ada rezeki yang datang dan pada akhirnya impian saya keliling Indonesia bisa terwujud.
     

Teringat Orangtua di Museum Kata

Rezeki kadang datang tak terduga dan tak disangka-sangka. Suatu hari saya mendapat rezeki untuk traveling ke Belitung, satu tempat yang sudah lama sekali ingin saya datangi namun belum kesampaian.

Sejak booming-nya novel Laskar Pelangi, pamor Belitung juga turut terangkat. Tempat wisata di pulau itu yang selama ini tidak diketahui banyak orang, kini telah menjelma menjadi destinasi favorit banyak orang. Saat pertama kali melihat gugusan batu granit di suatu pantai di Belitung lewat tayangan film Laskar Pelangi, saya langsung berkata dalam hati, “suatu hari aku mau ke sana!” Dan hal itu jdi kenyataan.

Pantai Tanjung Tinggi yang menjadi lokasi syuting film itu berhasil membuat hati saya teduh. Di sore itu, saya dan beberapa teman seperjalanan mendaki batu-batu granit hingga sampai ke atas batu yang tinggi. Di sana saya duduk dan melihat matahari terbenam. Bukan sunset yang sempurna, tapi adakah ciptannya yang tidak sempurna? Awan yang menghalangi, tidak serta merta menghalangi rasa bersyukur saya sudah bisa berada di tempat itu.


Belitung memang terkenal akan pantainya yang indah. Aktivitas snorkeling dan island hopping tidak bisa lepas dari itinerary jika kita berkunjung ke sana. Dalam satu hari, beberapa pulau bisa dijelajahi. Pulau-pulau tersebut antara lain Pulau Batu Garuda, Pulau Batu Berlayar, Pulau Malangarak, Pulau Burung, serta Pulau Lengkuas. Di pulau terakhir yang saya sebut, berdiri dengan megahnya mercusuar yang sudah berumur ratusan tahun, dibangun pada zaman kolonial Belanda tahun 1882.

Selain pantai di pulau-pulau tersebut, masih ada lagi beberapa pantai yang menjadi tempat wisata wajib jika kita berkunjung ke Belitung. Pantai Burung Mandi, Pantai Serdang hingga Pantai Tanjung Pendam terkenal dengan pasir putihnya. Meski panas agak menyengat, saya tetap menikmati hari di mana saya bisa bermain di pantai-pantai itu. :)



Tak hanya destinasi alam yang menjadi nilai tambah Belitung sebagai tempat wisata. Justru di pulau ini saya terpikat pada satu museum dengan aksen warna-warni di setiap sudutnya. Ya, tidak salah lagi, saya ada di Museum Kata Andrea Hirata, museum sastra pertama di Indonesia!

Dunia literasi sudah melekat dari saya sejak lama. Dari kecil Papa selalu membacakan buku dan majalah. Sepanjang berkarir di pekerjaan pun saya lakoni di dunia penerbitan dan tulis-menulis. Karena itulah kesempatan ke Belitung tidak akan saya sia-siakan untuk tidak masuk ke dalam museum ini.

Mengapa museum ini begitu menarik? Harga tiket masuknya memang lumayan mahal, Rp 50 ribu per orang. Tapi yakinlah, bagi Manteman Rumika pecinta sastra sampai arsitektur bisa sangat menikmati tempat ini dan tidak akan menyesal berkontribusi seharga itu untuk Museum Kata.

Museum ini sangat kaya! Tidak hanya karya Andrea Hirata semata yang ada di dalamnya, namun kita juga bisa melihat lebih dari 200 literasi, termasuk cuplikan novel, puisi, literasi musik, literasi anak-anak, hingga literasi seni dari 200 negara lebih! Banyak sekali....

Saya tiba di Museum Kata saat gerimis dan hujan lebat menemani saya saat menikmati bagian dalam museum ini. Bentuknya seperti rumah dengan beberapa ruangan dan sekat yang menjadi pemisahnya. Cat berbagai warna menghiasi museum ini. Tulisan rima berwarna bahkan saya lihat ada di lantai semennya.




Banyak properti tua di dalam museum. Kursi kayu, koper besar, hingga gitar yang telah rusak turut menghiasi dindingnya. Berbagai pencapaian Andrea Hirata hingga beberapa adegan di film Laskar Pelangi juga juga turut dipamerkan.

Di salah satu ruangan, ada kantor pos mini. Unik! Saya mengirimkan satu kartu pos untuk anak-anak saya, Boo dan Mika, di rumah. Saya tulis di kartu pos itu, saya doakan Boo dan Mika suatu saat akan berada di Belitung juga. Saya selalu percaya kekuatan doa orangtua. Mungkin orangtua saya pun pernah mendoakan hal yang sama kepada saya hingga akhirnya saya bisa berada di Belitung.

Di satu sisi dinding saat hendak keluar dari museum, saya terpaku. Di sana ada satu bingkai berkecil dengan lafaz Allah di dalamnya. Di bawahnya terdapat dua bingkai foto. Foto berwarna sephia ayah dan ibu Andrea Hirata ada di dalam bingkai itu. Dan di bawah kedua bingkai itu ada satu tulisan tangan Andrea Hirata.

 “Museum ini kupersembahkan pada ibuku N.A. Masturah Seman dan ayahku Seman Said.”

Seketika itu juga saya langsung teringat mama dan papa. Tulisan penulis itu makin meyakinkan saya bahwa sesukses apapun kita, janganlah melupakan kedua orangtua.... Dan kemanapun kita melangkah, ada rumah yang akan selalu terbuka saat kita datang....





Bergandengan Tangan di Rammang-rammang
Perjalanan ke tanah Sulawesi menjadi perjalanan yang sangat menyenangkan bagi saya di awal tahun lalu. Jujur saja, kota Makassar, ibu kota Sulawesi Selatan, belum menjadi salah satu wishlist destinasi yang mau saya kunjungi. Tapi alhamdulillah kesempatan ke sana datang, bahkan saya bisa mengunjunginya bersama keluarga. Yaya Indro, Boo, dan Mika turut menjejakkan kaki mereka untuk pertama kalinya ke tanah Sulawesi.

Saya tiba-tiba teringat jika beberapa bulan sebelum ke Makassar, saya pernah bilang sesuatu ke asisten rumah tangga mama yang akan kembali ke kampung halamannya di Makassar dan akan bekerja di sana.

Ia sudah bekerja bertahun-tahun di rumah bahkan sudah dianggap anak sendiri oleh mama saya. Saat ia pamit, saya pun bilang kepadanya, “doain, ya, nanti Mba Dita bisa sampai Makassar juga. Belum pernah ke sana.” Dan lagi-lagi kekuatan kata-kata itu seperti nyata adanya.

Beberapa hari sebelum berangkat ke Makassar, saya cek lagi destinasi apa saja yang akan kami kunjungi. Di sana tertulis Rammang-rammang. Saat saya browsing, langsung saja saya dibuat terkesima oleh foto-foto yang hadir di layar smartphone.

Rammang-rammang tepatnya terletak di Desa Salenrang, Kecamatan Bontoa, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan. Daerah ini mempunyai gugusan karst atau batu kapur yang menjadi salah satu yang terbesar di dunia! Luasnya mencapai 45 hektar! Melihatnya di layar saja sudah terbuai apalagi jika melihatnya secara langsung.

Dan begitulah kenyataannya. Mata saya disuguhi pemandangan karst alami yang memukau. Sejauh mata memandang, warna hijau tak tergantikan. Saat itu saya dan keluarga berada di Kampung Berua Rammang-rammang. Perjalanan ke kampung itu pun tak terlupakan. Kami harus menaiki perahu kecil menyusuri Sungai Pute untuk mencapainya.

Baca Juga: Menyusuri Sungai Pute di Sulawesi Selatan

Tak hanya saya yang excited, Boo dan Mika lebih senang lagi dengan pengalaman yang mereka alami ini. Hampir setengah jam berperahu, kami tiba di kampung itu dan langsung trekking. Kampung Berua kembali mengingatkan saya akan rumah.

Di kampung itu ada beberapa kolam yang dimanfaatkan untuk budidaya ikan milik warga. Di rumah orangtua saya pun juga ada empang ikan. Waktu kecil saya sering kali main di empang. Bahkan sempat menjerit saat melihat ada biawak! :D Saya pun teringat saat menyusuri pematang sawah di dekat rumah yang kini tentu saja sudah tidak ada. Memori saat saya kecil itu belum terhapus hingga kini....

Di Kampung Berua Rammang-rammang, saya bergandengan tangan dengan Boo dan Mika saya gendong. Seringnya tangan kami terlepas karena Boo begitu bersemangat berjalan di sana. Melihat sapi, melihat ayam, melihat apa saja yang menarik perhatiannya.

Di sana ia bebas berlari, meski saya selalu bilang hati-hati. Sampai akhirnya ia menanjak hingga sampai di Padang Ammarung lebih dulu. Dari Padang Ammarung, kami melihat asrinya Kampung Berua dari atas kejauhan. Perfect view!

Manteman Rumika bisa menjadikan Rammang-rammang sebagai salah satu destinasi jika berkunjung ke Makassar. Jaraknya dari kota itu tidak terlalu jauh. Kurang lebih satu jam berkendara kita sudah bisa mencapainya.




Kenangan di Pantai Parangtritis
Sebagai tempat tinggal selama 30 tahun lebih, saya tentunya lebih sering menjelajahi Pulau Jawa dibanding pulau-pulau lainnya. Sejak kecil pula saya selalu diajak ke kota Solo tempat eyang saya tinggal saat liburan sekolah.

Solo, kota tenang dengan batik sebagai khasnya. Kulinernya enak dan harganya murah pula. Selain ke Solo, saya juga diajak beberapa kali ke Jogjakarta. Banyak orang bilang, Jogja itu ngangenin. Memang begitulah adanya. Berkali-kali ke Jogja saya tidak pernah bosan. Tidak cukup hanya satu kali ke kota pelajar ini.

Dulu sekali saat masih SD, saya pernah ke Pantai Parangtritis. Pasir vulkaniknya yang berwrana kehitaman menjadi satu keunikan tersendiri. Saya masih ingat, saat di pantai itu, kami sekeluarga naik delman dan saya sempat takut karena kuda yang menarik delman malah jalan menuju air laut. Hiiii....

Untung saja ketakutan saya tidak berlangsung lama. Kuda itu kembali ke jalurnya dan membuat perjalanan nyaman kembali. Naik delman bisa menjadi salah satu aktivitas yang bisa dilakukan di Pantai Parangtritis. Bahkan setelah hampir 25 tahun saya kembali lagi ke pantai itu, beberapa delman masih ada di sana, menunggu turis yang ingin memakai jasanya.


Ya, setelah hampir 25 tahun, saya punya kesempatan mengunjungi Pantai Parangtritis lagi. Jika saat kecil saya bersama mama, papa, kakak-kakak, dan saudara saya, kali ini saya mengunjunginya bersama keluarga kecil saya. Dan saat melihat hamparan pasir di sana dengan beberapa delman yang hilir mudik, memori saya tentang perjalanan ke Parangtritis saat kecil kembali muncul seperti yang telah saya ceritakan di atas.

Baca Juga: Mengejar Sunrise di Parangtritis

Hari masih pagi saat saya, Yaya Indro, Boo, dan Mika tiba di Parangtritis. Setelah tiba di stasiun saat Subuh, Yaya Indro langsung memacu mobil sewaan ke pantai itu. Kami ingin melihat matahari terbit! Saat tiba, matahari belum tampak, Boo dan Mika menghabiskan waktu bermain pasir.

Matahari akhirnya muncul dari balik bukit di dekat pantai. Sinarnya terang sekali. Kami bermain di sana hingga pukul delapan saat matahari sudah mulai panas. Jika biasanya ke pantai untuk melihat matahari tenggalam. Kali ini, kami ingin melihat matahari terbit dan ternyata view-nya tak kalah bagus jika dibandingkan dengan sunset.

Meski sekarang makin banyak objek wisata baru dan kekinian di Jogja, namun bagi saya, Pantai Parangtritis akan selalu terpatri di hati, dari dulu hingga kini dna nanti... :)

Dari ketiga tempat yang saya kunjungi, Belitung, Makassar, dan Jogjakarta, saya selalu teringat akan rumah.  Saya kembali teringat keluarga dan memori di saat saya masih kecil. Rasanya kemana pun kaki ini melangkah ke tempat yang jauh sekalipun, saya tahu pada akhirnya saya akan kembali ke rumah....

Suatu saat nanti kami sekeluarga ada keinginan untuk lebih mengeksplor pantai selatan Jogjakarta lainnya yang memang terkenal akan keindahannya. Dan jika ada kesempatan ke Jogja atau ke kota lainnya yang jauh dari rumah, kami akan menggunakan pesawat saja, supaya lebih cepat, efisien, dan waktu jalan-jalan jadi lebih lama! :) 


Pengalaman Pertama Naik Pesawat
Manteman Rumika ingat tidak kapan pertama kali naik pesawat? Saya masih ingat sekali! Pertama kali saya naik pesawat saat itu saat saya kelas 4 SD. Saya hanya berdua dengan papa naik pesawat karena ada saudara yang menikah.

Berapa harga tiket pesawat, di mana membelinya tentu saja saya tidak tahu-menahu. Saya tinggal jalan saja. Asyiknya jadi anak-anak, yaa.. Hahaha... :D Waktu itu saya sama sekali enggak deg-degan. Rasa senang enggak bisa dilukiskanlah. Akhirnyaaa naik pesawat!

Begitu bisa traveling sendiri dan bersama keluarga kecil saya, saya pun enggak bisa santai untuk urusan mencari tiket pesawat. Maunya cari yang terjangkau tapi tetap memperhatikan maskapainya. Saya ingin tetap mendapat pelayanan terbaik.


Skyscanner, Solusi Travelingmu Keliling Indonesia (dan Dunia)!
Saat ini sudah banyak sekali aplikasi yang dapat membantu dalam merencanakan perjalanan kita. Saah satu aplikasi yang menurut saya sangat menarik adalah Skyscanner. Apa itu Skyscanner? Yang belum kenal, yuk, ah, kenalan dulu biar sayang... :D
Skyscanner merupakan mesin pencari yang mengkhususkan diri di bidang travel. Di Skyscanner, kita bisa langsung memesan jutaan pilihan perjalanan dengan harga terbaik. Apa saja yang bisa dipesan di Skyscanner?

Selain tiket pesawat dan hotel, Skyscanner bahkkan juga menyediakan layanan untuk menyewa mobil, termasuk sewa mobil untuk ke/dari bandar. Wow! Enak banget, ya, jadi saat kita sampai di kota tujuan dan bingung mau naik apa dan enggak mau repot, sebelumnya bisa booking mobil dulu lewat Skyscanner.

Untuk menggunakan layanan di Skyscanner, kita pun tidak dipungut biaya sama sekali. Tidak ada biaya tambahan juga saat memesan. Skyscanner ini ternyata juga sudah sangat mendunia. Pengunduh aplikasi gratisnya saja sudah mencapai angka 70 juta!

Berkantor pusat di Inggris, saat ini Skyscanner memiliki beberapa kantor cabang di beberapa kota di dunia, seperti Barcelona, Beijing, Budapest, Edinburgh, Glasgow, London, Miami, Shenzhen, Singapura, dan Sofia.

Didukung oleh 900 karyawan dan teknologi yang mumpuni, Skyscanner bisa sangat bersaing dengan penyedia layanan lain yang hampir serupa. Tentulah bisa sangat bersaing karena Skyscanner sudah menjadi situs travel terpercaya di seluruh dunia. 

Nah, salah satu layanan Skyscanner yang menarik menurut saya adalah adanya pemesanan tiket pesawat untuk mulitikota, tidak hanya one way dan return saja. Misalnya, saya mau mencari tiket pesawat Garuda Indonesia dari Jakarta ke Surabaya, lalu dari Surabaya saya mau lanjut ke Palembang. Di Skyscanner bisa langsung dicari dalam satu kali pencarian saja.




Nantinya akan muncul banyaaaak banget hasilnya. Kita tinggal memilih penerbangan yang sesuai dengan yang kita inginkan, termasuk biayanya, jam keberangkatannya, dan tentu saja maskapainya.


Bahkan yang membuat saya lebih surprise lagi, kita bisa menambah pernerbangan berikutnya lagi. Jika dari Palembang saya mau kembali ke Jakarta bisa. Jika dari Palembang saya mau lanjut traveling lagi ke Banda Aceh juga bisa dicari. Begitu seterusnya, bisa ditambah-tambah lagi. Dan hasilnya tetap dalam satu klik aja. Keren, yaaa... Kayaknya baru kali ini saya melihat cara memesan tiket pesawat yang multikota seperti ini. 

Skyscanner saya rasa cocok sekali untuk mereka yang punya mobilitas tinggi dalam hal pekerjaan, maupun traveler yang ingin mendapatkan pengalaman menyenangkan dalam memesan pesawat, penginapan, maupun mobil. :) Dan siapa tahu, impian saya ke banyak tempat lain yang belum pernah saya datangi bisa terwujud bersama Skyscanner. :)

Untuk tahu ada promo menarik apa di Skyscanner, kita bisa follow akun media sosialnya. Selain itu ada banyak info, tips, dan artikel menarik lainnya khususnya soal traveling yang di-share di akin tersebut. Belum follow juga? Saya kasih alamat media sosialnya, yaa.. :)

Facebook: Skyscanner Indonesia
Instagram: @skyscannerindonesia
Twitter: @skyscannerID


Sekarang, keliling nusantara akan lebih mudah dengan memakai layanan Skyscanner, kan. Kalau Manteman Rumika mau traveling ke mana dalam waktu dekat ini? Cerita, yuk!


-Bubu Dita-

Artikel ini diikutsertakan dalam lomba blog yang diselenggarakan oleh ID Corners dan Skyscanner.





Related Posts

36 komentar

  1. Wah Rammang Rammang itu impian aku banget. Seru aja melihat bebatuan Karst yang menjulang di antara hamparan sawah dan kolam.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iyes mbaa, aku terpukau banget pas sampai di sana.. Baguuuss :D

      Delete
  2. mbak dita udah ke rammang aja :(( aku belum...

    ReplyDelete
  3. Subhanallah semoga saya juga bisa keliling Indonesia bersama keluarga aamiin😊

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiiin.. Saya juga pingin mba.. Semoga yaa.. :D

      Delete
  4. Pinginya gitu...bisa keliling Indonesia, minimal tiap kabupaten bisa berkunjung, haha

    ReplyDelete
    Replies
    1. Nah, pinginnya ya Mas.. Semoga ada rezeki, waktu, kesempatan.. :D

      Delete
  5. banyak orang yg merasa keren kl halan2 ke luar negeri, padahal wisata Indonesia itu ngga kalah cantik dari luar negeri. Masalahnya kadang tiket ke pelosok Indonesia malah lbh mahal dibanding ke LN & fasilitas infrastrukturnya bikin sulit apalagi kl bawa keluarga. Belitung salah satu tempat wisata yg bener2 breath taking tapi fasilitas di airportnya mayan minim :D sayang dulu pas ke belitung ngga sempet ke museum kata2 Andrea krn waktunya singkat, next time lah sama keluarga insha Allah kesini lagi :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Beneeeer banget Mba San.. Apalagi kalo sekeluarga ya, ampun tiletnya bisa abis berapa.. Infrastruktir jugaaku setuju mesti lebih ditingkatkan, sama fasilitas transportasi dalam kota juga masih banyak yg belum maksimal.. Bandara di Belitung waktu pas ke sana lagi direnov juga mba, mau dibuat international juga.. Semoga ya makin baik jadi kunjungan lokal sama asing jadi meningkat.. :D

      Delete
  6. Wow keren kak liburannya, btw aplikasi skyscanner-nya jg keren tuh buat traveling

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iyeess, dicoba ya Kak buat persiapan traveling..

      Delete
  7. Destinasi Mak thn ini nih Rammang Rammang tapi ada plusnya sih. Plus Gorontalo. Senangnya ya jika bisa keliling Indonesia dari Sabang sampai Merauke.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Waaa asik Mak ke Gorontalo. Ku juga ingin ke sana.. Aamiiin.. hehe..

      Delete
  8. Laut memang selalu meneduhkan dan memberi rindu ya mba... meski sama2 diisi pantai, aie asin dan matahari terbenam... komposisi setiap pantai selalu membungkus hati dan membuat rindu...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aaaww, Mba Ira kata-katanya dalam.. :) Iya meski aku bukan anak pantai banget tapi menikmati pantai itu menyenangkan.. :)

      Delete
  9. Aku penasaran loh sama rammang-rammang kaya apa penampakan nya

    ReplyDelete
  10. Aku baru mulai tergila2 traveling itu krn suamiku. Dia dari 3 bulan umurnya udah jalan2 keliling eropa, dan asia krn ortunya dulu diplomat dan penempatan srg di negara2 eropa. Makanya pas dia ngajakin jalan2 ntah itu LN ato kota2 di indonesia, aku slalu seneng. Walopun memang utk tujuan domestik kita jarang, krn cuaca yg seringnya ga pas ama aku :p. Terlalu panas. Tp untuk kuliner, indonesia nomor 1 lah.

    Skyscanner ama traveloka sih yg jd andalanku kalo udh nyari tiket. 2-2 nya bagus, 2-2 nya punya kelebihan sendiri. Kdg hrg pesawat di skyscanner lbh bagus drpd di traveloka. Tp traveloka punya lbh banyak partner kartu kredit utk dapat promo hahahah. jadi ttp aja 2-2 nya aplikasi ini slalu aku cek kalo mau jalan2

    ReplyDelete
    Replies
    1. Racun traveling dari suami juga ternyata Mba Fan.. Hihi.. Racun yang positif banget yaa.. :D Iya dua aplikasi itu jadi andalan banget buat traveling.. Seneng deh jadi gampang sekarang mau kemana-mana, asal ada Uangnya.. hihihi

      Delete
  11. Cobain ahh pake Skyscanner juga. Seringnya pake traveloka sih

    ReplyDelete
  12. Makin cinta ya kalau lihat indah dan uniknya Indonesia. Makin pengen traveling ke tiap sudut Indonesia

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bener banget mba.. Semoga ya kita punya kesempatan itu.. :)

      Delete
  13. Kalo Jogja mah aku dekat, tapi jarang ke sana...hehehe

    Kalo Belitung, masih jadi impian. Semoga kelak ada kesempatan... Aamiin

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiiiin, kudoakan semoga segera bisa sampai ke Belitung ya mba.. :)

      Delete
  14. Wahhh..dirimu dah sampe ke rammang rammang...itu destination impianku tapi belum kesampaian saampe sekarang

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya mba, baguuus banget.. Dan perjalanan ke sananya juga memorable. Semoga bisa segera ke sana ya mba.. :)

      Delete
  15. Waaah, muter-muter menjelajah Indonesia memang menyenangkan ya Mbak

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iyes mas, alhamdulillah kalau ada kesempatan lebih banyak lagi..

      Delete
  16. Lagi-lagi dibuat terpesona sama bening tosca air laut di Belitong. Ah, kayanya emang kudu ke sana nih suatu saat nanti. Ngajak anak-anak juga kayanya seru ya kalau ke sana. Btw, awal bulan ini ke Makassar, tapi cuma sekitar 30 jam saja waktunya. Nggak sempat ke tempat-tempat yang jauh, cuma di sekitaran Sawerigading, Ujungpandang, sama Losari saja. Duh, deretan warung makannya bikin betah banget di sepanjang Jl. Penghibur. Benar-benar bikin terhibur meski nggak semua bisa dicicipi.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Haruuus ke Belitung Mas Eko.. Impianku juga ngajak anak-anak main ke sana.. :) Nah, di Makassar aku belum puas kulineran di sana.. Tandanya mesti ke sana lagi, ya.. hehe..

      Delete
  17. wah asyik ya sudah abnyak yang dikunjungi

    ReplyDelete
    Replies
    1. Alhamdulillah, masih banyak banget banget yg belum mba.. :)

      Delete
  18. Saya kangen traveling! Tapi, sementara berhenti dulu jalan-jalan. Nai mau UN :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Nai libur nanti jalan-jalannya dong ya mba.. :D

      Delete