Makam Tanpa Jenazah di Museum Taman Prasasti

by - November 19, 2023


Banyak hal menarik soal sejarah Jakarta. Salah satunya keberadaan Museum Taman Prasasti. Museum ini awalnya merupakan komplek pemakaman, lho! Kini, pemakaman telah beralih fungsi menjadi museum dan menjadi daya tarik wisata tersendiri di kota Jakarta. 

Gimana awal mula sejarahnya Museum Taman Prasasti dan apa aja hal menarik di tempat tersebut? 

Yuks, Bubu ajak jalan-jalan ke Museum taman prasasti!


Sejarah Museum Taman Prasasti

Dulunya museum adalah lahan pemakaman bernama Kebon Jahe Kober atau Kerkhoflaan yang dibangun tahun 1795. Luas pemakaman ini mencapai 5,5 hektar.

Pemakaman ini dibuat untuk menggantikan makam di dalam tembok kota Batavia yang sudah penuh akibat wabah penyakit. Ya, makam di samping Gereja Nieuw Hollandsche Kerk atau yang kini menjadi Museum Wayang di Kota Tua penuh akibat adanya wabah penyakit. 

Saat itu Kota Batavia memang bukan kota yang ideal. Bayangkan saja dengan penduduk yang mulai padat, kondisi drainase buruk, makam pun tidak dapat menutup sempurna sehingga makin menyebabkan meluasnya wabah yang menyebabkan makin banyak lagi masyarakat yang meninggal. 

Karena itulah pemerintah Belanda memutuskan mencari lahan pemakaman baru hingga menetapkan lahan di kawasan Tanah Abang sebagai makam. 

Tempat inilah yang kemudian menjadi Makam Kebon Jahe Kober. Pemilihan tempat ini bukan tanpa alasan. Makam Jahe Kober terletak dekat dengan Kali Krukut. Hal ini memudahkan untuk mengangkut jenazah dengan perahu dari pusat kota Batavia. 

Makam Kebon Jahe Kober diperuntukkan bagi orang asing di Batavia. Banyak tokoh besar petinggi Belanda yang akhirnya dimakamkan di sini.

Tadinya makam ini hanya diperuntukkan bagi orang asing, terutama orang Eropa. Namun seiring berjalannya waktu, makam ini juga terbuka bagi orang pribumi dan Tionghoa. 


“Makam” yang Ada di Museum Taman Prasasti

Sejak dijadikan museum pada tahun 1977, jenazah-jenazah yang bersemayam di Kerkhoflaan pun direlokasi. Proses pemindahan ini dilakukan saat Gubernur Jakarta Ali Sadikin menjabat kala itu. 

Jenazah di pemakaman ini ada yang dikembalikan kepada keluarga, ada juga yang langsung dipindahkan ke pemakaman lainnya.

Karena itulah, saat ini Museum Taman Prasasti bisa dibilang pemakaman tanpa jenazah. 

Meski demikian di tempat ini dipenuhi oleh banyaknya batu nisan, tugu peringatan, prasasti, hingga kereta jenazah dan juga peti jenazah yang membawa Bung Karno dan Bung Hatta saat meninggal.

Perubahan menjadi museum pun membuat lahan Kerkhoflaan mengalami penyusutan. Awalnya seluas 5,5 hektar, akhirnya kini hanya tinggal 1,2 hektar saja. 

Di sekitar lahan pemakaman yang kini menjadi museum memang digunakan untuk pembangunan beberapa kantor pemerintahan. Batu nisan yang sangat besar pun banyak yang akhirnya diberdirikan dan dipajang di bagian depan museum.    

Saat menjadi pemakaman, Kerkhoflaan bisa dikatakan sebagai tempat peristirahatan terakhir kaum elit. Penasaran siapa saja yang disemayamkan di tempat ini?


- Olivia Marianne Raffles, istri dari Gubernur Jenderal Thomas Stamford Raffles.

- John Casper Layden, penasehat Raffles yang juga merupakan teman dekat raffles dan istrinya. 

- HF Roll, pendiri STOVIA (School tot Opleiding van Indische Artsen) atau sekolah kedokteran yang menjadi cikal bakal Fakultas Kedokteran UI. 

- Van Der Grinten, seorang pastor yang menyelamatkan banyak anak blasteran Indo.

- Jan Laurens Andries Brandes, filolog atau ahli bahasa kuno. Ia menyelamatkan manuskrip sejarah Kakawin Nagarakretagama. Brandes menjadi ketua Badan Penelitian Arkeologi di Jawa dan Madura yang menjadi cikal bakal dari Dinas Purbakala dan Pusat Penelitian Arkeologi Indonesia.

- JHR Kohler, jenderal Belanda yang memimpin KNIL dalam Perang Aceh Pertama pada tahun 1873.

- Pieter Erberveld, orang asing yang dekat dengan pribumi. Dianggap berkhianat pada VOC, Erberveld dihukum dengan sadis pada peristiwa Pecah Kulit. Ia dibuatkan monumen oleh Belanda di kawasan Pangeran Jayakarta sebagai pengingat agar tidak ada lagi yang berani berkhianat. Di Museum Taman Prasasti terdapat replika monumennya, bahkan hingga replika tengkorak kepalanya. 

- Soe Hok Gie, aktivis UI yang juga seorang pencinta alam. Ia meninggal di Gunung Semeru dan jenazahnya dikremasi serta ditabur di gunung tersebut. Di museum ini terdapat prasasti untuk mengenangnya. 


Mitos di Museum Taman Prasasti

Sssst, meskipun dikatakan semua jenazah sudah dipindahkan tapi ada rumor yang bilang kalau satu jenazah yang masih ada di sini, yaitu Jenazah Kapten Jas! Kira-kira Manteman percaya nggak?

Gimana ceritanya sampai jenazahnya masih ada di sana? Konon, kala itu makam Kapten Jas berada di dekat pohon yang besar dengan akar yang kuat. Jenazahnya pun sudah terlilit akar pohon sehingga sulit untuk dipindahkan. Hal ini masih berupa rumor atau mitos, ya. 

Namun, katanya sampai saat ini masih ada saja orang-orang yang datang ke makam Kapten Jas dan meminta berkah. 

Padahal sosok Kapten Jas sendiri masih diperdebatkan. Ada yang bilang ia benar-benar ada, tapi ada juga yang mengatakan kalau Kapten Jas hanyalah sosok rekaan semata.   

Banyak cerita menarik yang ada di Museum Taman Prasasti. Selain tentang mitos Kapten Jas, di museum ini kita juga bisa melihat berbagai jejak Freemason, lho! Penasaran? Di beberapa makam memang ada lambang-lambang yang dekat dengan organisasi Freemason.  


Lokasi Museum Taman Prasasti 

Museum Taman Prasasti berada di Jalan Tanah Abang 1 Jakarta Pusat, ya. Untuk mencapai museum ini, Bubu naik KRL Commuterline dari Depok dan turun di Stasiun Juanda. Perjalanan dilanjutkan dengan ojek online dengan durasi kurang lebih 6 menit saja. 

Selain turun di Stasiun Juanda, Manteman juga bisa turun di Stasiun Tanah Abang, ya. Jarak dan durasinya kurang lebih sama. 

Gimana, tertarik untuk mengeksplorasi Museum Taman Prasasti??

Bubu ke Museum Taman Prasasti mengikuti walking tour dari Jakarta Good Guide. Durasi sekitar 2 jam lebih dan peserta tour juga mendapat penjelasan tempat ini dari seorang tour guide. Seru, deh! 

Tiket masuknya juga terjangkau banget, untuk dewasa Rp 5K, mahasiswa Rp 3K, sedangkan pelajar Rp 2K. Oiya, selain itu di museum ini juga sudah ada fasilitas mushola, toilet, serta beberapa kursi taman, hingga gazebo untuk bersantai dan berteduh. 


Bubu Dita

@rumikasjourney 


Related Posts

2 komentar

  1. Baru tau loh mba ada museum taman prasasti ini 👍. Jadi ternyata banyak kaum Belanda yg di kubur di sana dulu yaaa.

    Dan serem juga baca mitos kapten Jas 😅. Namanya pun kapt jas doang, jadi ga tau itu sosok siapa sebenernya yaa.

    Tapi monumen Pieter yg di pangjay udh ga ada yaa. Dulu aku kerja daerah sana padahal. Ga pernah tahu ada monumen belanda.

    Penasaran pengen liat replikanya yg di taman prasasti

    ReplyDelete
  2. Mauuuu, tempat yg beginiii sbnrnya yg aku memang duka mba. Ada aura horornya 😄. Tadinya aku pikir kenapa ga ada jenazahnya, Krn ada sebab lain, ternyata Krn dipindahkan yaa.

    Kalo ttg mitos kapt jas, ntahlaah yaa. Namanya mitos, biar suatu tempat tetap menarik kan. Apapun faktanya, tempat ini memang bagus divisit kok, apalagi utk tau sejarah. Aku juga pengen bgt liat replika patung peter Erberveld. Tega banget kalo eksekusi zaman dulu yaa

    ReplyDelete