facebook twitter instagram
  • Home
  • About Rumikas Journey
  • Categories
    • Cerita Bubu
    • Destinasi
    • Hotel/Penginapan
    • Tips
    • Kuliner
    • MuseumItineraryTheme Park

Rumika's Journey


Rasanya sudah berkali-kali Bubu melewati Jalan Wahid Hasyim di dekat Sarinah, Jakarta Pusat dan selalu melihat ke arah bangunan ini. 

Dibandingkan dengan bangunan lain di sekitarnya, tentu saja bangunan ini tampak berbeda! Bagaimana tidak, ketika bangunan di tengah kota semakin menjulang tinggi dengan desain modern, bangunan ini tampak sangat sederhana dan terkesan jadul.

Bubu pikir memang bukan bangunan kekinian, namun pasti ada banyak cerita di dalamnya. 

Setiap melewatinya, Bubu selalu berpikir kalau bangunan ini tutup dan bukan dibuka untuk umum. Tapi ternyata pas browsing-browsing, dugaan Bubu salah!

Akhirnya, beberapa waktu lalu, Bubu menyempatkan diri untuk masuk ke dalam bangunan ini. Gimana pengalaman Bubu masuk ke bangunan Khong Guan di Wahid Hasyim ini? Gimana kondisi di dalamnya? :D 


Banguan Vibes 90-an 

Memasuki pekarangan bangunan, ada satpam yang menyambut dengan ramah. Bubu pun menanyakan mengenai bangunan ini apakah memang buka atau tidak. Apalagi Bubu sampai saat jam sholat Jumat baru usai. 

Setelah dipersilakan masuk oleh satpam, Bubu langsung menjejakkan kaki ke dalamnya.

Begitu melihat bagian dalam bangunan oini, mata Bubu langsung berbunga! Deretan rak dengan berbagai jenis camilan ada di sana! 

Ya, inilah toko swalayan yang menjual berbagai camilan keluaran Khong Guan dan merek lainnya. 

Selain di cabang Wahid Hasyim ini, Bubu sejak kecil sudah pernah diajak oleh almarhumah mama ke pabrik Khong Guan di Ciracas dan juga toko Khong Guan di Mayestik. 

Sudah lama sekali Bubu nggak menyambangi kedua tempat itu. Setelah Bubu cari tahu, keduanya masih beroperasi juga sampai saat ini. 

Untuk cabang di Mayestik bahkan Bubu lihat sudah direnovasi dan berubah menjadi gedung kekinian. 

Hal ini tentunya berbeda dengan gedung Khong Guan di Wahid Hasyim yang Bubu sambangi ini. 

Di dekat store Khong Guan Wahid Hasyim juga ada cabang lain di Jalan Sabang. Untuk store di Sabang juga gedung dan desainnya sudah baru. Nah, entahlah apa yang membuat bangunan di Wahid Hasyim ini belum diubah. 


Bahkan cat dinding kremnya pun sudah banyak yang terkelupas. Beberapa bagian di dalamnya, seperti tempat loket pembayaran juga kelihatannya sudah nggak berfungsi karena sudah ada kasir seperti layaknya kasir supermarket. 

Saat bertanya ke kasir mengenai kapan Khong Guan cabang ini mulai beroperasi, memang ia tidak menjawab dengan pasti. 

Ia hanya bercerita kalau ia sudah bekerja lebih dari 23 tahun di tempat ini dan perkiraannya toko ini sudah ada lebih dari 30 tahun lalu! 

Nggak heran, ya, kalau bentuk bangunannya dan desain interior di dalamnya menang terasa sekali vibes 90-annya (atau bahkan 80-an, ya). :D 


Banyak Camilan, Harga Lebih Murah!

Meski merupakan bangunan tua nggak membuat Bubu merasa nggak nyaman. Asli, Bubu malah seneng banget bisa masuk ke toko ini.

Ada banyaaak camilan yang tertata di rak dengan rapi. Apalagi ada beberapa camilan favorit Bubu dan keluarga juga seperti Boromon, Saltcheese, Serena, Monde Butter Cookies, dan lainnya. 

Makanya kalau ke sini bisa banget belanja stok camilan untuk sekeluarga. Dan begitu membandingkan harganya dengan harga di e-commerce atau supermarket juga harga di sini lebih murah! Lumayan banget, kan. :D 



Bubu membeli cukup banyak camilan untuk stok di rumah dan habis sekitar Rp 100 ribuan aja. 

Oiya, kalau ke tempat ini jangan lupa untuk membawa tas belanja sendiri, ya. Sebenarnya disediakan tas belanja juga, sih, tapi tentunya kita harus membayar lagi dnegan harga Rp 7 ribu. :) 

Nah, biasanya, nih, menjelang Hari Raya akan lebih banyak pembeli yang datang ke tempat ini. Berbeda seperti saat Bubu ke sana, hanya ada 2-3 pembeli saja yang Bubu lihat di dalamnya. 


Lokasi Khong Guan Wahid Hasyim

Untuk mencapai tempat ini Bubu menaiki angkutan umum KRL Commuter Line dari Depok. Turun di Stasiun Gondangdia dan lanjut dengan berjalan kaki  sekitar 10 menit saja. Jarak kedua tempat ini sekitar 650 meter.  

Manteman juga bisa melanjutkan perjalanan dengan ojek online, ya. Tapi kalau menurut Bubu tanggung, sih, ya. Jaraknya juga cukup dekat. 


Nah, kecuali pas pulangnya dan membawa belanjaan banyak dan nggak membawa kendaraan pribadi, ya. Bubu sarankan kalau seperti itu naik ojek online aja sampai ke Stasiun Gondangdia saat pulangnya. :D

Oiya, kalau di ojek online tempat ini bisa dicari dengan menulis “Khong Guan Wahid Hasyim.” Sedangkan jika di Google Maps, tempat ini bernama PT Serena Cafetaria Rasa / Khong Guan Showroom. :) 


Ada yang sudah pernah juga ke tempat ini? Share, yuk, pengalamanmu saat ke toko Khong Guan! :D 



Bubu Dita

@rumikasjourney



Berkali-kali saat melewati Jalan Menteng Raya, Bubu suka memperhatikan satu bangunan dengan desain khas tempo dulu. Ya, bangunan dengan tulisan Gedung Joang 45 di atasnya. 

Sudah pasti kalau dilihat dari namanya, bangunan ini ada kaitannya dengan kemerdekaan tahun 1945, ya. Memang demikian adanya. Bangunan ini punya sejarah tersendiri dalam perjalanan kemerdekaan di negeri ini. 

Di tempat inilah para pemuda berkumpul dan mematangkan rencana kemerdekaan. 

Nah, di balik betapa heroiknya Gedung Joang 45 menjelang kemerdekaan, ternyata gedung yang telah menjadi museum ini juga punya cerita yang sangat menarik. Apa itu???


Dari Rumah Tinggal Jadi Hotel

Siapa sangka kalau bangunan museum yang identik dengan perjuangan pemuda Indonesia dalam mencapai kemerdekaan ini awalnya adalah sebuah hotel mewah di Batavia!

Ya, cerita mengenai sejarah bangunan Gedung Joang 45 ini Bubu dapat saat berkunjung ke Pameran Jejak Memori Kisah Hotel dari Menteng 31 di tempat tersebut. 

Pameran ini sendiri berlangsung dari 16-29 November 2023. 

Dulunya bangunan ini adalah rumah pribadi orang Belanda. Lalu tahun 1932 diubah menjadi Hotel Victoria. Fasilitas lengkap, nyaman, berada di kawasan elit.

Kala itu Belanda memang menjadikan kawasan Menteng sebagai tempat tinggal para bangsawan atau petinggi. Nggak heran jika kemudian Menteng pun dianggap sebagai tempat elit di Batavia. 

Meski diperuntukkan bagi umum, namun biasanya yang menginap di Hotel Victoria adalah para kalangan kelas atas. 

Biaya menginapnya juga terdapat dua jenis, yaitu harian dan bulanan. Untuk biaya menginap harian sebesar 5,5 gulden/orang dan biaya menginap bulanan 110 gulden/orang. 

Kalau dirupiahkan sekarang, 5,5 gulden setara dengan Rp 47 ribu. Dan 110 gulden senilai Rp 951 ribu. 

Untuk di tahun 30-an, rasanya bagi Bubu biaya tersebut memang mahal. :D 




Hotel ini ternyata juga bukan hanya untuk menginap saja, tapi jadi tempat singgah untuk makan siang atau makan malam. 

Hotel Victoria kemudian berubah menjadi Hotel Schomper 31 di tahun 1937. Di seberangnya terdapat Hotel Schomper 32 milik L.C. Schomper, seorang pengusaha sukses.

Schomper bersama istrinya A.M. Bruyns bersama-sama berbisnis hotel. Hotel Schomper pun bukan hanya berlokasi di Batavia saja, tapi juga di daerah lain, seperti Hotel Schomper di Lembang dan Hotel du Pavillon di Braga, Bandung. 


Sayangnya di tahun 1941 atau jelang Perang Dunia 2, hotel ini mengalami kebangkrutan. Ternyata, sebelumnya di Hotel Schomper juga pernah terjadi tragedi percobaan pembunuhan, lho!  

Hotel Schomper lalu berganti kepemilikan dan menjadi tempat perjuangan kemerdekaan. Hingga akhirnya dijadikan museum pada 1972. 

Baca Juga: Makam Tanpa Jenazah di Museum Taman Prasasti


Budaya Rijsttafel Hingga “Dutch Wife”

Selain mendapat informasi mengenai sejarah bangunan Gedung Joang 45, di pameran ini kita juga diajak mengenal budaya yang yang dibawa oleh orang Belanda hingga akhirnya diaplikasikan di dalam kehidupan masyarakat. 

Salah satu budaya tersebut adalah rijstaffel atau berbagai macam hidangan di atas meja makan. Dalam rijsttafel penyajian makanan ini bisa dengan nasi bersama lauk-pauknya berupa ayam, udang, kepiting, dendeng, telur, serta sayur-sayuran. 

Selain rijsttafel, ada budaya lainnya yang diinformasikan, seperti penggunaan bathtub, hingga kebiasaan tidur siang dan pemakaian guling atau yang disebut sebagai “dutch wife” pada masa itu. :)


Meskipun ruang pamerannya menurut Bubu nggak terlalu besar, namun apa yang disampaikan di dalamnya sangat menarik. Apalagi diperkaya dengan foto-foto dokumentasi di masa itu. 

Tertarik buat mampir ke pameran ini? 

Tentunya selain pameran, di dalam museum ini kita juga bisa melihat banyak banget benda-benda bersejarah serta diorama yang menggambarkan bagaimana proses kemerdekaan Indonesia. 

Baca Juga: 7 Hal Menarik di Museum MH Thamrin


Gedung Joang  45 beralamat di Jl, Menteng Raya No. 31 Jakarta Pusat. Jika naik kendaraan umum, Manteman bisa naik KRL Commuter Line dan turun di Stasiun Gondangdia. Dari Stasiun Gondangdia bisa jalan kaki sekitar 10 menit (jarak antar keduanya sekitar 650 meter). 

Biaya masuk Museum Joang 45 juga terjangkau banget, ya. Dewasa Rp 5000,-, Mahasiswa Rp 3000,-, dan pelajar Rp 2000,-.

Yuk, telusuri sejarah bangsa ini di  Museum Joang 45! :) 



Bubu DIta

@rumikasjourney






Banyak hal menarik soal sejarah Jakarta. Salah satunya keberadaan Museum Taman Prasasti. Museum ini awalnya merupakan komplek pemakaman, lho! Kini, pemakaman telah beralih fungsi menjadi museum dan menjadi daya tarik wisata tersendiri di kota Jakarta. 

Gimana awal mula sejarahnya Museum Taman Prasasti dan apa aja hal menarik di tempat tersebut? 

Yuks, Bubu ajak jalan-jalan ke Museum taman prasasti!


Sejarah Museum Taman Prasasti

Dulunya museum adalah lahan pemakaman bernama Kebon Jahe Kober atau Kerkhoflaan yang dibangun tahun 1795. Luas pemakaman ini mencapai 5,5 hektar.

Pemakaman ini dibuat untuk menggantikan makam di dalam tembok kota Batavia yang sudah penuh akibat wabah penyakit. Ya, makam di samping Gereja Nieuw Hollandsche Kerk atau yang kini menjadi Museum Wayang di Kota Tua penuh akibat adanya wabah penyakit. 

Saat itu Kota Batavia memang bukan kota yang ideal. Bayangkan saja dengan penduduk yang mulai padat, kondisi drainase buruk, makam pun tidak dapat menutup sempurna sehingga makin menyebabkan meluasnya wabah yang menyebabkan makin banyak lagi masyarakat yang meninggal. 

Karena itulah pemerintah Belanda memutuskan mencari lahan pemakaman baru hingga menetapkan lahan di kawasan Tanah Abang sebagai makam. 

Tempat inilah yang kemudian menjadi Makam Kebon Jahe Kober. Pemilihan tempat ini bukan tanpa alasan. Makam Jahe Kober terletak dekat dengan Kali Krukut. Hal ini memudahkan untuk mengangkut jenazah dengan perahu dari pusat kota Batavia. 

Makam Kebon Jahe Kober diperuntukkan bagi orang asing di Batavia. Banyak tokoh besar petinggi Belanda yang akhirnya dimakamkan di sini.

Tadinya makam ini hanya diperuntukkan bagi orang asing, terutama orang Eropa. Namun seiring berjalannya waktu, makam ini juga terbuka bagi orang pribumi dan Tionghoa. 


“Makam” yang Ada di Museum Taman Prasasti

Sejak dijadikan museum pada tahun 1977, jenazah-jenazah yang bersemayam di Kerkhoflaan pun direlokasi. Proses pemindahan ini dilakukan saat Gubernur Jakarta Ali Sadikin menjabat kala itu. 

Jenazah di pemakaman ini ada yang dikembalikan kepada keluarga, ada juga yang langsung dipindahkan ke pemakaman lainnya.

Karena itulah, saat ini Museum Taman Prasasti bisa dibilang pemakaman tanpa jenazah. 

Meski demikian di tempat ini dipenuhi oleh banyaknya batu nisan, tugu peringatan, prasasti, hingga kereta jenazah dan juga peti jenazah yang membawa Bung Karno dan Bung Hatta saat meninggal.

Perubahan menjadi museum pun membuat lahan Kerkhoflaan mengalami penyusutan. Awalnya seluas 5,5 hektar, akhirnya kini hanya tinggal 1,2 hektar saja. 

Di sekitar lahan pemakaman yang kini menjadi museum memang digunakan untuk pembangunan beberapa kantor pemerintahan. Batu nisan yang sangat besar pun banyak yang akhirnya diberdirikan dan dipajang di bagian depan museum.    

Saat menjadi pemakaman, Kerkhoflaan bisa dikatakan sebagai tempat peristirahatan terakhir kaum elit. Penasaran siapa saja yang disemayamkan di tempat ini?


- Olivia Marianne Raffles, istri dari Gubernur Jenderal Thomas Stamford Raffles.

- John Casper Layden, penasehat Raffles yang juga merupakan teman dekat raffles dan istrinya. 

- HF Roll, pendiri STOVIA (School tot Opleiding van Indische Artsen) atau sekolah kedokteran yang menjadi cikal bakal Fakultas Kedokteran UI. 

- Van Der Grinten, seorang pastor yang menyelamatkan banyak anak blasteran Indo.

- Jan Laurens Andries Brandes, filolog atau ahli bahasa kuno. Ia menyelamatkan manuskrip sejarah Kakawin Nagarakretagama. Brandes menjadi ketua Badan Penelitian Arkeologi di Jawa dan Madura yang menjadi cikal bakal dari Dinas Purbakala dan Pusat Penelitian Arkeologi Indonesia.

- JHR Kohler, jenderal Belanda yang memimpin KNIL dalam Perang Aceh Pertama pada tahun 1873.

- Pieter Erberveld, orang asing yang dekat dengan pribumi. Dianggap berkhianat pada VOC, Erberveld dihukum dengan sadis pada peristiwa Pecah Kulit. Ia dibuatkan monumen oleh Belanda di kawasan Pangeran Jayakarta sebagai pengingat agar tidak ada lagi yang berani berkhianat. Di Museum Taman Prasasti terdapat replika monumennya, bahkan hingga replika tengkorak kepalanya. 

- Soe Hok Gie, aktivis UI yang juga seorang pencinta alam. Ia meninggal di Gunung Semeru dan jenazahnya dikremasi serta ditabur di gunung tersebut. Di museum ini terdapat prasasti untuk mengenangnya. 


Mitos di Museum Taman Prasasti

Sssst, meskipun dikatakan semua jenazah sudah dipindahkan tapi ada rumor yang bilang kalau satu jenazah yang masih ada di sini, yaitu Jenazah Kapten Jas! Kira-kira Manteman percaya nggak?

Gimana ceritanya sampai jenazahnya masih ada di sana? Konon, kala itu makam Kapten Jas berada di dekat pohon yang besar dengan akar yang kuat. Jenazahnya pun sudah terlilit akar pohon sehingga sulit untuk dipindahkan. Hal ini masih berupa rumor atau mitos, ya. 

Namun, katanya sampai saat ini masih ada saja orang-orang yang datang ke makam Kapten Jas dan meminta berkah. 

Padahal sosok Kapten Jas sendiri masih diperdebatkan. Ada yang bilang ia benar-benar ada, tapi ada juga yang mengatakan kalau Kapten Jas hanyalah sosok rekaan semata.   

Banyak cerita menarik yang ada di Museum Taman Prasasti. Selain tentang mitos Kapten Jas, di museum ini kita juga bisa melihat berbagai jejak Freemason, lho! Penasaran? Di beberapa makam memang ada lambang-lambang yang dekat dengan organisasi Freemason.  


Lokasi Museum Taman Prasasti 

Museum Taman Prasasti berada di Jalan Tanah Abang 1 Jakarta Pusat, ya. Untuk mencapai museum ini, Bubu naik KRL Commuterline dari Depok dan turun di Stasiun Juanda. Perjalanan dilanjutkan dengan ojek online dengan durasi kurang lebih 6 menit saja. 

Selain turun di Stasiun Juanda, Manteman juga bisa turun di Stasiun Tanah Abang, ya. Jarak dan durasinya kurang lebih sama. 

Gimana, tertarik untuk mengeksplorasi Museum Taman Prasasti??

Bubu ke Museum Taman Prasasti mengikuti walking tour dari Jakarta Good Guide. Durasi sekitar 2 jam lebih dan peserta tour juga mendapat penjelasan tempat ini dari seorang tour guide. Seru, deh! 

Tiket masuknya juga terjangkau banget, untuk dewasa Rp 5K, mahasiswa Rp 3K, sedangkan pelajar Rp 2K. Oiya, selain itu di museum ini juga sudah ada fasilitas mushola, toilet, serta beberapa kursi taman, hingga gazebo untuk bersantai dan berteduh. 


Bubu Dita

@rumikasjourney 



Kafe dan tempat ngopi saat ini memang menjamur di mana-mana. Selain sebagai tempat bertemu teman, makan sekeluarga, juga bisa menjadi tempat bekerja seharian. 

Nah, untuk Manteman yang rumahnya di seputaran Tebet atau biasa naik KRL Commuterline, Bubu punya, nih, satu rekomendasi kafe di daerah Tebet yang bisa jadi alternatif buat ngopi, makan, dan bersantai. Bahkan kafe ini juga bisa jadi tempat acara spesial Manteman, lho.  Ini dia Loffee Coffee & Eatery Tebet!


Tempat Acara MVM

Bubu baru pertama kali ini ke Loffee Tebet. Kebetulan banget ada acara kelas videografi Moms Video Maker (MVM) Community. Karena member komunitas kebanyakan dari Jabodetabek, akhirnya dipilihlah tempat yang ada di tengah-tengah. 

Bisa dibilang kalau dari mana-mana, kawasan Tebet dan sekitarnya memang cukup strategis, ya. Apalagi moda transportasi juga ada banyak pilihan.  

Untuk sampai ke Loffee Tebet dari rumah Bubu di Depok pun juga ternyata gampang banget. Bubu hanya tinggal naik KRL Commuterline, lalu turun di Stasiun Cawang.

Lho, kok bukan turun di Stasiun Tebet, Bu? Ya, ternyata pas lihat di maps, jarak Loffee dari Stasiun Cawang lebih dekat dengan berjalan kaki. Yes, dari Stasiun Cawang tinggal jalan kaki aja sekitar 8 menit.  

Bisa, sih, naik Gojek, tapi untuk jarak segitu jalan kaki aja masih terjangkau, ya, kalau menurut Bubu. Apalagi kalau ada teman barengannya. :D 

Nah, begitu acara MVM selesai, pulangnya pun juga mudah. Sama seperti berangkat tadi, tinggal jalan kaki ke Stasiun Cawang. 

Hmm, setelah dari Loffee Bubu jadi berpikir kapan-kapan mau ke kafe ini lagi buat nulis blog atau pas lagi ada kerjaan freelance. Hehehe.. Lumayan, kan, ganti suasana daripada di Depok terus… :D 


Kafe dengan Desain Estetik Modern

Begitu masuk ke dalam Loffee Tebet, Bubu langsung melihat desain yang estetik modern di kafe ini. Kekinian bangetlah tempatnya. 

Tempatnya terang dengan pencahayaan yang baik. Dari luar terlihat biasa aja, pas di dalam ternyata lumayan luas juga, lho tempatnya. Karena pencahayaannya yang bagus inilah makanya cocok banget kalau buat Work From Cafe, kan. :) 

Untuk bikin acara seperti yang dilakukan MVM juga bisa banget. Meski nggak menggunakan ruang privat, tapi ada deretan meja kursi yang bisa direservasi bahkan hingga sekitar 15 orang. Nah, cocok juga nih untuk tempat arisan atau jadi tempat reuni dengan beberapa teman.  

Loffee Coffee & Eatery ini memiliki dua lantai. Di lantai satu terdapat ruang makan yang nyaman dengan cukup banyak kursi. Sedangkan di lantai dua ada ruang makan outdoor dan beberapa fasilitas penunjang, seperti mushola dan toilet

Salah satu hal yang Bubu suka di kafe ini adalah musholanya yang proper. Ruang mushola luas, bisa untuk beberapa orang sholat dan disediakan juga sajadah dan mukena yang bersih. Kelihatannya, sih, ruang mushola ini awalnya seperti ruang meeting atau ruang serbaguna yang akhirnya dijadikan mushola. 

Oiya, ada satu hal yang khas juga di kafe ini. Staf Loffee ramah-ramah bangeeeet. Mereka punya sapaan khas buat pelanggannya, Always Loffee Youuu… :D 


Menu Beragam dan Variatif

Nggak hanya desainnya yang estetik, kekinian, poin plus yang ada di kafe ini juga adanya menu yang variatif dan beragam. 

Bubu memesan fettucini carbonara dan es teh manis. Untuk rasa cukup enak dan balance. Sedangkan beberapa teman memesan menu dari berbagai negara, ada ramyeon, hingga nasi goreng. 

Saat melihat buku menunya juga Bubu menemukan banyak menu khas nusantara dari soto lamongan, tongseng ayam, hingga garang asem. 

Untuk menu western, selain fettucini, masih ada olahan pasta lain, steak, sampai bitterballen. Tentunya menu rice bowl khas Asia, sampai menu0menu Korea juga ada. 

Nah, yang menarik adalah banyak banget menu snack! Loffee sepertinya punya signature dish berupa croffle  Menu croffle yang ditawarkan ada yang manis dengan berbagai topping sampai croffle yang asin. 

Selain itu ada juga nih menu yang baru Bubu tau. Crogger! Crogger atau croffle burger di mana croffle disajikan dengan ayam atau daging sapi berbumbu sebagai isiannya. Ditambah sayur dan kentang juga. Mantap, kan!

Di Loffee Tebet juga ada gelato, lho! Untuk minumnya sendiri juga banyak banget pilihannya. Dari berbagai varian kopi, latte, mocktail, teh, dan lainnya. 

Gimana? Tertarik buat nyoba menu-menu yang ada di Loffee??? Kalau Bubu pingin banget balik lagi ke Loffee dan nyobain croffle-nya! :D 



Bubu Dita

@rumikasjourney





Rasanya mau ngibarin bendera putih aja, sih, kalau diminta buat keliling keseluruhan Kebun Raya Bogor dengan jalan kaki. Nggak kebayang mesti mengitari Kebun Raya Bogor yang luasnya 87 hektar itu tanpa kendaraan apalagi buat Bubu yang orangnya mageran. :D 

Nah, makanya kalau Manteman penasaran seperti apa setiap sudut Kebun Raya Bogor dan nggak mau capek-capek jalan kaki, mengelilingi Kebun Raya Bogor dengan golf car jadi sebuah pilihan yang tepat! 

Saat Bubu sekeluarga staycation di Bogor, kebetulan hotel tempat kami menginap dekat dengan Kebun Raya Bogor. Cukup jalan kaki 10 menit sudah langsung sampai di Kebun Raya. 

Setelah masuk dan berkeliling beberapa lama, timbul, deh, ide untuk menyewa golf car supaya bisa lebih puas mengitari Kebun Raya Bogor. Lagipula, Bubu sekeluarga juga belum pernah menaiki golf car walau sudah beberapa kali masuk ke Kebun Raya Bogor. 


Serunya Keliling dengan Golf Car

Untuk bisa menyewa golf car, kita harus menuju loket penyewaannya terlebih dahulu. 

Jika begitu sampai Kebun Raya Bogor ingin langsung menyewanya, Manteman bisa masuk melalui pintu 1 / pintu utama, ya. Dari situ loket penyewaan golf car nggak gitu jauh, kok. Tinggal jalan beberapa meter saja dan mengarah ke sebelah kiri. 

Saat itu kami datang pas weekend. Kebetulan ada golf car yang tersedia, sedangkan sisanya sudah banyak dipakai oleh pengunjung yang datang. 

Kami pun mendapat golf car berwarna hijau  untuk kapasitas empat orang. Pas banget, kan. Jadi golf car yang ada di Kebun Raya Bogor ini ada yang untuk 4 orang dan untuk 6 orang, ya. 

Sebelum berkeliling dengan golf car, tentunya ada syarat dan ketentuannya. Pengguna golf car akan diminta untuk meninggalkan KTP, ya. 

Sebaiknya yang mengemudikan golf car juga yang sudah bisa menyetir kendaraan supaya lebih lancar dan nggak kagok. 

Menyewa golf car di Kebun Raya Bogor sebenernya bukan hanya menghemat tenaga, tapi juga menghemat waktu.

Dalam waktu satu jam, sudah banyaaaaak banget tempat di Kebun Raya Bogor yang Bubu sekeluarga lewati.

Bahkan tempat yang sepi tanpa pengunjung juga bisa terjangkau dengan menaiki golf car.





Sebenarnya dengan golf car ini, pengunjung juga bisa lebih leluasa untuk berada di spot-spot foto yang diinginkan. 

Namun karena Bubu sekeluarga saat ke Kebun Raya Bogor hanya ingin menikmati suasananya, jadi nggak berhenti di berbagai spot-spot menarik untuk foto atau membuat konten hehehe… :D

Nah, kalau ditanya apa hal paling seru saat naik golf car di Kebun Raya Bogor? Bubu bakalan jawab pengalaman paling seru saat golf car kami melewati jembatan di atas sungai! 

Baca Juga: Hotel The 101 Bogor Suryakencana


Harga Sewa Golf Car

Tentunya untuk bisa menaiki golf car ini ada biaya sewanya. Sampai tulisan ini Bubu buat di November 2023, berikut harga sewa golf car yang harus dibayarkan, ya: 


Rp 275.000 / Jam - 4 Seat (Setiap Hari)

Rp 370.000 / Jam - 6 Seat (Setiap Hari)


Gimana menurut Manteman, apakah biaya sewa ini termasuk worth it? Untuk golf car kapasitas 4 orang, jika dibagi maka biaya satu orang sekitar Rp 69 ribu. 

Di dalam website Kebun Raya Bogor juga tercantum berbagai kendaraan yang bisa disewa, ya. Jadi bukan hanya golf car aja, nih, yang bisa dipakai pengunjung untuk mengelilingi Kebun Raya Bogor. 


Sepeda Tandem

Rp 60.000 / Jam - Bonceng 2  (Setiap Hari)

Rp 80.000 / Jam - Bonceng 3  (Setiap Hari)

Rp 50.000 / Jam - Bonceng Anak  (Setiap Hari)


Sepeda Anak

Rp 30.000 / Jam (Sabtu, Minggu, dan Libur Nasional)


Sepeda Keranjang

Rp 40.000 / Jam (Setiap Hari)


Sepeda MTB

Rp 40.000 / Jam (Setiap Hari)


E-Bike

Rp 50.000 / Jam (Setiap Hari)


E-Scooter

Rp 50.000 / Jam (Setiap Hari)


Antelope E-Bike

Rp 65.000 / Jam - Antelope E-Bike (Setiap Hari)

Rp 40.000 / Jam - Antelope Sepeda Keranjang (Setiap Hari)

Rp 65.000 / Jam - Antelope Roda Tiga (Setiap Hari)


Shuttle Bus

Rp 30.000 /orang / 1 kali naik (Setiap Hari)

Rp 750.000 / Jam (Weekday)

Rp 1.000.000 / Jam (Weekend)

Baca Juga: Aktivitas Seru di Alun-Alun Bogor

Kebijakan Kebun Raya Bogor untuk tidak mengizinkan kendaraan pribadi masuk dan mengitari tempat ini bisa jadi membuat usaha penyewaan kendaraan jadi meningkat. Pastilah ada pengunjung Kebun Raya Bogor yang membutuhkannya.  



Bubu pun sebenarnya juga merasa seneng banget bisa mengajak anak-anak naik golf car. Mereka jadi memiliki pengalaman baru lagi yang belum pernah mereka alami sebelumnya… :)



Bubu Dita

@rumikasjourney 



Beberapa kali Bubu melewati restoran bebek ini saat melewati Jalan Lenteng Agung. Tak hanya saat berkendara roda dua atau empat, ketika naik kereta pun restoran ini sepintas terlihat. Namun, belum pernah sekalipun Bubu sekeluarga makan di Restoran Bebek Kaleyo yang terletak di Jalan Lenteng Agung ini. 

Akhirnya di suatu akhir pekan setelah anak-anak selesai latihan sepak bola, saat kami berpikir untuk makan siang, tercetuslah ide dari Yaya untuk makan di sana. 

Nggak pikir panjang dan nggak pikir lama lagi, Bubu dan anak-anak pun langsung menyetujuinya… :D 


Suasana di Bebek Kaleyo

Begitu memasuki restoran ini. Bubu dibuat kaget! Gimana nggak, kalau dari jalan raya, menurut Bubu Bebek Kaleyo Lenteng Agung ini terlihat nggak terlalu besar. Kelihatannya, ya, luasnya biasa aja. 

Tapiiii, begitu masuk dan mau memarkirkan mobil, ternyata tempatnya luas banget! 

Kebetulan kami datang sekitar jam 11 lebih. Belum begitu banyak mobil yang terparkir di area parkir restoran ini. Sehingga mobil kami pun bisa leluasa memilih tempat parkir. 

Dari tempat parkir, kami harus jalan dan menaiki tangga untuk masuk ke dalam restorannya. 

Wah, begitu masuk restoran Bebek Kaleyo ini, nggak nyangka juga kalau bagian dalamnya seluas itu! 



Ada banyak deretan meja dengan kursi kayu berwarna hitam. Bubu nggak ngitung sih ada berapa meja, ya, tapi memang kelihatan banyak. :D Dan langit-langitnya yang agak tinggi juga membuat restoran ini tampak lebih luas.  Selain itu restoran ini juga cukup bersih, ya.

Di lantai dua restoran ini juga terlihat ruang tertutup dengan meja dan kursi. Kelihatannya seperti ruang makan ber-AC. 




Kami sekeluarga memilih untuk duduk di ruang biasa yang lebih luas, ya. Begitu duduk, tak lama staff Bebek Kaleyo segera memberikan daftar menu untuk kami pilih. 

Setelah semua pesanan sudah diorder, makanan dan minuman datang dengan tak memakan banyak waktu. Menurut Bubu untuk pelayanannya cukup gercep. 

Baca Juga: Menu Mie Gacoan


Menu Bebek Kaleyo

Sudah pasti makan di Bebek Kaleyo, menu yang kami pesan juga bebek. :D Beberapa menu bebek yang ada di restoran Bebek Kaleyo Lenteng Agung ini sebagai berikut:


- Bebek Goreng Kremes

- Bebek Bakar

- Bebek Cabe Ijo

- Bebek Rica

- Bebek Peking

- Sate Bebek

- Bebek Tanpa Kulit

- dll




Nggak hanya menu satuan, yang Bubu suka Bebek Kaleyo juga menyediakan menu paket yang sudah lengkap dengan nasi, lalap, serta minuman.

Dan menurut Bubu paket yang worth it untuk dicoba saat datang sekeluarga adalah menu “Paket Bertiga.”

Paket ini terdiri dari:

3 Nasi Putih

1 Ekor Bebek Utuh (Ukuran M) 

Kremesan

Lalapan & Sambal

3 Es Teh Tawar (bisa dijadikan Es Teh Manis dengan tambahan biaya)


Untuk harga paket ini Rp 115.000,-, ya. Gimana menurut Manteman? Cukup worth it nggak dengan harganya?? :)

Karena datang berempat, kami juga menambah pesanan berupa: Nasi Goreng Kulit Bebek dengan Telur Ceplok. Karena suka sayuran, Bubu juga memesan Tumis Sang Buaya atau Tumis Sayur Kangkung Bunga Pepaya! :D 



Selain menu bebek, Bebek Kaleyo juga menyediakan berbagai menu lainnya seperti variasi menu ayam, menu puyuh, sayuran, dan lainnya.  Minuman yang disediakan juga cukup banyak jenisnya, ya. 

Nah, kalau untuk rasa bebeknya sendiri Bubu suka banget, sih! Asli, sebenarnya Bubu jaraaaang banget makan bebek. Soalnya kalau ada menu ayam atau daging sapi, udah pasti Bubu nggak akan makan bebek… Hehehe…

Tapi bebek kremes di Bebek Kaleyo dagingnya empuk dan nggak bau bebek gitu. Makanya Bubu suka. :D Tumis Sang Buaya juga enak, meskipun ternyata porsinya kecil. 

Untuk Nasi Goreng Kulit Bebeknya ternyata rasanya agak spicy. Kulit bebeknya lumayan banyak di dalamnya. So far, untuk rasa cocoklah di lidah Bubu. :)

Baca Juga: Pengalaman Makan di Koi Teppanyaki


Fasilitas Bebek Kaleyo 

Seperti yang Bubu ceritakan sebelumnya kalau Restoran Bebek Kaleyo di Lenteng Agung ini tempatnya besar ke belakang. 

Berbagai fasilitas pun disediakan di restoran, seperti tempat parkir yang luas, toilet, mushola, serta wastafel.



Nah, seneng, deh, kalau ada restoran yang menyediakan parkiran luas dna mushola juga untuk para pengunjungnya. :) 

Kami sekeluarga nggak menghabiskan waktu lama di Bebek Kaleyo. Begitu makanan habis, kami langsung pulang ke rumah.

Namun sebelum pulang, Mika sempat memilih duren! Ya, di Bebek Kaleyo juga menyediakan duren dalam bentuk cup kecil. Selain itu Bubu baru tau juga kalau Bebek Kaleyo memiliki produk frozen food. 

Menurut yang Bubu baca di sana, bebek frozen ini tanpa pengawet dan tinggal digoreng aja. Sudah dilengkapi kremesan dan sambal juga. Lumayan banget, yaa, buat stok di rumah… :D 



Gimana? Jadi kepikiran buat makan bebek untuk menu makan siang, sore atau malam kamu? :D Yuk, coba makan di bebek Kaleyo Lenteng Agung di selatan  Jakarta ini.




Bubu Dita

@rumikasjourney    



Akhirnya setelah sekian lama, Bubu bisa main air lagi di The Jungle Waterpark Bogor! 

Sebelumnya Bubu pernah ke The Jungle bersama teman-teman semasa kuliah. Dan belum lama ini Bubu kembali lagi ke waterpark legend di Bogor ini bersama keluarga! :D 

Saat main di The Jungle Waterpark Yaya memang tidak bisa ikut, tapi alhamdulillah banget ada tantenya anak-anak alias kakakku yang bisa ikut… :) 

Karena sudah agak lama nggak ke The Jungle Waterpark, Bubu pun sempat lupa-lupa ingat dengan apa saja yang ada di sana. Yang pasti ada beberapa wahana baru yang Bubu lihat. 

Bubu juga sudah menduga kalau berkunjung ke The Jungle Waterpark atau bisa disebut juga  The Jungle Adventure saat weekend memang akan ramai. 

Dan benar saja. Hal ini bisa dilihat dari parkiran mobil yang terlihat penuh. Untungnya ada tempat parkir kosong yang bisa digunakan. Begitu masuk ke dalam The Jungle, banyak sekali manusianya, yaaa! :D 

Tentunya bukan masalah dengan keramaiannya, apalagi anak-anak juga excited juga karena tahu akan main air. :) 

Yuk, cek di sini ada wahana seru apa aja di The Jungle Waterpark!


Wahana di The Jungle

Asli, meskipun Bubu sebelumnya pernah ke The Jungle, tapi tetep ya karena banyak orang jadi bingung pas jalan ini mengarah ke mana atau ke wahana apa. Makanya sebelum ke The Jungle Bubu saranin riset kecil-kecilan dulu aja di website-nya karena ada peta The Jungle yang bisa Manteman lihat. 

Kayaknya kebalikan sama Bubu, Boo dan Mika itu kelihatannya punya navigasi yang lebih baik dari Bubu… Hehe… Bubu malah suka diarahkan mereka berdua pas lagi mengelilingi The Jungle.  :D

Nah, ini dia beberapa wahana yang sempat kami lihat dan ada juga yang kami coba saat di The Jungle, yaa.. 


Tower Slide

Kalau Bubu boleh bilang ini, sih, bisa jadi wahana paling favorit buat para pengunjung The Jungle Waterpark. 

Pas Bubu di sana menjelang sore, antiannya masih panjaaaaang… :D Tadinya bUbu mau naik ini, tapi ternyata Mika nggak mau, akhirnya kami pun mengurungkan niat untuk nyoba Tower Slide dan beralih ke wahana yang lain. 


Namun dari yang Bubu lihat di konten teman-teman yang mencoba Tower Slide, asli, kamu mesti cobain juga kalau pas lagi main ke The Jungle, ya. Nah, kalau mau nggak ngantri panjang, datang pas weekend aja biar bisa nyoba berkali-kali! :D 


Racer Slide

Seluncuran ini juga kelihatannya seru, ya. Dalam satu kali permainan bisa memuat hingga empat orang karena terdapat empat lintasan seluncuran. 

Manteman ada yang pernah coba wahana ini? Racer Slide pun Bubu nggak sempat mencobanya karena Mika juga nggak mau naik yang tinggi-tinggi… :D


Jungle Beach

Kalau Jungle Beach ini termasuk wahana baru yang ada di The Jungle Waterpark. Konsepnya memang dibuat seperti di pantai. bahkan ada tempat main pasir dengan segala permainannya, lho! 



Selain kolam dan area bermain pasir di sini juga ada semacam kafe dengan bangunan ala-ala tropikal Bali gitu. Kece, yah!

Boo dan Mika lumayan agak lama juga main di area ini. Selain puas main air, tentunya main pasir juga nggak kelewatan! :) 

Baca Juga: Rivera, Tempat Outbound Seru di Bogor


Kiddy Pool

Meski Mika nggak suka dengan wahana yang tinggi, tapi dia tetap nggak berkurang rasa happy-nya karena nggak mencoba naik slider. Karena apa? Karena Kiddy Pool atau kolam bermain anaknya ada banyaaak di The Jungle Waterpark! :D

Wahana dengan ember tumpah udah pasti, deh, jadi favorit anak-anak. Berkali-kali diguyur air seember senengnyaaaa nggak habis-habis… :D 

Di dekat ember tumpah juga ada slider dengan desain menarik mirip seperti pegunungan bersalju.


Fountain Futsal

Ini dia wahana yang dekat dengan panggung utama dan juga food court. Kalau dari namanya di sini berarti boleh banget main bola sambil basah-basahan kena air mancur. Sayangnya kami nggak prepare buat bawa bola, ya. 

Meski begitu Boo dan Mika tetap aja nggak bisa diam lari ke sana ke sini terkena air mancur di area Fountain Futsal ini. :D


Wave Pool

Wiiihhh, nggak nyangka kalau main di wahana Wave Pool atau Kolam Ombak ternyata seseru itu! Wahana ini nggak bisa dimainkan setiap saat, ya, karena ada jadwalnya. Kebetulan kami bisa bermain di jadwal terakhir, yaitu di pukul 4 sore. 

ternyata untuk main di wahana ini pun juga perlu mengantri. Antrian saat kami menuju Wave Pool ternayat juga sudah panjang. Namun karena penasaran gimana rasanya main di wahana ini, kami pun ikut mengantri. 


Untung aja nggak terlalu lama, kira-kira 10 menit aja kami mengantri di sini sebelum akhirnya bisa memasuki area Wave Pool.

Sebelum mulai bermain, petugas memberitahu semua syarat dan ketentuannya. Kalau nggak salah yang bisa main di wahana ini minimal ketinggian 120 cm dan harus menggunakan ban double atau ban single. 

Benar saja, begitu dimulai, terdengar suara musik yang keras dengan air berombak yang menggulung dan semakin lama semakin besar ombaknya. :D 


Lazy River

Begitu mencoba semua wahana yang ada, paling asik, nih, bersantai di Lazy River atau Kolam Arus. Untuk mencoba wahana ini juga dikhususkan bagi yang memiliki ban single atau double, ya. 

Bukan hanya menyusuri kolam saja, tapi pengunjung juga diberi kejutan dengan berkali-kali terkena semprotan air atau air yang jatuh dari atas. :D 



Giant Aquarium

Nah, saat berkeliling di Lazy River, kita juga bisa melihat deretan Giant Aquarium dengan ikan-ikan di dalamnya. Seru, kan!


Bird Park

Oiya, bukan hanya akuarium aja, tapi di The Jungle Waterpark juga ada bird park, lho! Bubu memang sempat melihat ada kandang burung merak. Ternyata di beberapa sudut The Jungle Waterpark juga ada aviari lainnya.  

Baca Juga: Harga Sewa Golf Car di Kebun Raya Bogor


Harga Tiket Masuk The Jungle

Untuk harga tiket masuk The Jungle menurut Bubu cukup affordable dengan banyaknya wahana dan luasnya tempat wisata ini. 

Apalagi kalau beli di website The Jungle langsung atau melalui OTA tertentu masih dapat diskon lagi. Lumayan banget, kan. 

Nah, kalau harga tiket normalnya sebagai berikut, yaa:

Senin - Jumat Rp 85.000,-

Minggu dan hari libur nasional Rp 100.000,-


Kalau mau lebih hemat, bisa banget, nih beli tiketnya di TravelokaXperience! 

Bubu cek di aplikasi Traveloka, untuk hari Senin-Kamis harga tiketnya jadi cuma Rp 58.000,- aja, dong! Kalau Jumat bahkan cuma Rp 50.000,-! :D 

Nah, untuk weekend tiket di aplikasi Traveloka juga cuma Rp 68.000,- aja. Lumayan banget kan kalau rombongan sama keluarga jadi bisa lebih hemat! :)  

Anak-anak yang tingginya di bawah 80 cm juga gratis masuk, ya. Padahal lumayan juga, kan, ada wahana-wahana yang bisa dinikmati oleh anak-anak itu dengan didampingi orang dewasa. :) 

Nah, kalau mau loker, sewa ban, dan tempat istirahat berupa cabana, berikut tarif sewanya, ya:


Yuk, bikin rencana liburan ke Bogor sama keluarga dan main air sampai puas juga di The Jungle!



Bubu Dita 

@rumikasjourney



Ada tempat seru lagi, nih, buat rekreasi bareng keluarga. Yap, belum lama ini Rivera Outbound and Edutainment baru aja dibuka di kawasan Bogor Nirwana Residence. 

Kebetulan banget Bubu beberapa hari lalu bersama anak-anak dan kakakku nyoba berbagai wahana yang ada di Rivera Bogor. Dan nggak sabar banget pingin nyeritain keseruan kami main di sana… :D 

Ada wahana apa aja di Rivera Bogor dan berapa harga tiket masuknya? Yuk, cus baca tulisan ini sampai selesai… :)  


Wahana dan Permainan di Rivera Bogor

Perjalanan dari rumah Bubu di Depok ke Rivera bisa ditempuh dengan waktu satu jam aja. Sesampainya di Rivera Bogor sekitar jam 11 siang, anak-anak langsung excited banget, dong. 

Belum masuk aja sudah ada wahana yang terlihat dari luar. Wah, kebayang mereka nggak sabaran untuk bisa nyobain wahana-wahana yang ada di Rivera Bogor… :D 



Rope & Obstacles

Nah, ini dia wahana yang pertama kali dicoba! Rope dan Obstacles ini termasuk wahana yang berada di bagian depan. Makanya dari luar pun sudah terlihat jelas. 

Seperti namanya, Rope and Obstacles merupakan wahana yang menggunakan tali dengan berbagai halang rintangnya. 

Untuk bisa mencoba Rope & Obstacles di usia lebih dari 5 tahun, ya. Total ada 42 lintasan di wahana ini. 



Kalau untuk anak-anak bisa mencoba lintasan yang di bagian bawah. Sedangkan untuk remaja dan dewasa bisa sampai lintasan di bagian atas. Memang agak deg-degan, sih, kalau melihat lintasan yang atas. Boo pun maunya hanya mencoba lintasan di bawah aja. 

Sebelum mulai, harus dipasang alat keselamatan, seperti safety helmet dan memasang tali dengan harness dan carabiner. Nantinya pengguna wahana inilah yang menggerakkan tali tersebut. 

Selain berjalan di atas kayu, ada juga obstacle berupa memanjat tali. Wah, ini, sih, yang jadi kesukaannya anak-anak… 


Kursi Gantung

Wahana Kursi Gantung termasuk permainan yang populer banget, ya, akhir-akhir ini. 

Di Rivera Bogor ada juga, lho, wahana Kursi Gantung ini. Sekali jalan bisa memuat tiga orang dengan kursi berwarna biru, kuning, dan merah. 




Untuk bisa menikmati Kursi Gantung di sini, maksimal berat 100 kg. Panjang lintasannya sekitar 75 meter. 

Wahana Kursi Gantung ini jadi wahana terfavorit kami sekeluarga! :D 

Asik banget menikmati Rivera Bogor dari ketinggian dan bisa sambil santai di atas. Keranjang Gantung ini juga melewati danau dengan water fountain di bawahnya. Seruuu!


Flying Fox

Tentunya nggak lengkap kalau wahana outbound tanpa ada flying fox-nya. Bener, nggak? :D 

Tenang aja, di Rivera Bogor juga ada, nih, flying fox yang bisa dicoba. Bahkan bisa tandeman berdampingan, lho! 


Flying Fox di Rivera Bogor memiliki dua lintasan, yaitu lintasan pendek dan lintasan panjang.

Untuk lintasan pendek sejauh 70 meter bisa dinaiki usia 5 tahun ke atas dengan kapasitas maksimal 85 kg. Sedangkan lindasan pendek sejauh 120 meter untuk di atas 12 tahun dan kapasitas maksimal 100 kg. 


Wall Climbing

Dari kejauhan wahana yang satu ini tampak menarik mata dengan gambar desainnya yang warna-warni. 

Wahana Wall Climbing juga mesti dicoba, nih, saat di Rivera Bogor. Tingginya mencapai 4 meter dan sudah bisa dicoba oleh anak-anak di atas usia 5 tahun, ya. 



Ada dua dinding yang disediakan di wahana ini. Tentunya sebelum mulai main juga dipasang alat keselamatan. Jadi nggak perlu khawatir.


Electric Car

Tetep, yaaa, kalau ada mobil-mobilan, mah, pasti bakal menarik minat anak-anak buat mencobanya juga! 

Di Rivera Bogor juga ada permainan mobil listrik ini yang bisa digunakan untuk menjelajahi lintasan yang sudah disediakan. 

Nah, pas kami datang lumayan juga, nih, ada beberapa anak yang mau naik mobil listrik juga jadi harus menunggu giliran. Naik electric car ini bisa sampai 2 kali putaran, lho. 


Ezy Roller

Asliii, ngeliat anak-anak main ini tuh seru banget! Namanya Ezy Roller. Alatnya kecil dengan empat roda. Gerakannya lincah dan cepat. Kayaknya baru kali ini Bubu lihat permainan seperti ini di dalam wahana outbound. 

Karena barengan, Boo dan Mika pun jadinya bisa balap-balapan juga di Ezy Roller… :D Durasi permainannya sendiri sekitar 10 menit, ya. 


Trampolin

Kalau ini, sih, udah pasti juga jadi favorit anak-anak Bubu yang nggak bisa diam! :D 

Di Rivera Bogor sepenglihatan Bubu ada dua tempat permainan trampolin. Satu trampolin yang berbentuk bulat, satunya lagi yang berbentuk persegi dengan ukuran yang jauh lebih besar. 

Puas banget loncat-loncatan dan lari-larian di dalam trampolin! :D 




Perahu Air & Kano

Tadinya setelah naik Kursi Gantung, kami mau langsung naik Perahu Air di danau. Namun karena ada dua antrian, akhirnya kami makan di tempat makan yang berada di pinggir danau. 



Nah, begitu selesai makan alhamdulilah banget ngga ada antrian lagi dan kami bisa langsung main Perahu Air. 

Disediakan pelampung untuk dipakai sebelum naik ke dalam perahu, ya. Anak-anak pun tentunya semangat banget begitu pakai pelampung, naik ke dalam perahu, sampai perahu berjalan ke tengah danau.


Tubing

Sebenarnya ada lagi, nih, wahana seru di Rivera Bogor, yaitu Tubing! Tapi sayangnya saat Bubu ke sana wahana ini belum dibuka. Hmm, berarti mesti datang lagi, nih, kapan-kapan ke Rivera biar bisa nyoba Tubing! :D 

Wahana ini seperti halnya wahana arung jeram dengan menggunakan perahu karet. Udah kebayang, sih, pasti bakalan seru banget! 

Baca Juga: The Jungle Waterpark Bogor


Fasilitas di Rivera Bogor

Sebagai tempat rekreasi baru di Bogor, untuk fasilitas yang disediakan oleh pihak pengelola sudah cukup mumpuni/ Ada fasilitas apa aja di Rivera?


Tempat Makan 

Nah, ini sih yang paling krusial banget, apalagi kalau anak-anak capek dan kelaperan, kan. Alhamdulillah di dalam Rivera sudah ada tempat makan yang menjual juga banyak snack dan minuman. 


Seperti yang Bubu cerita di atas, kami akhirnya makan paket nasi dan ayam goreng di tempat ini. Untuk harganya juga pas, ya. Paket tersebut seharga Rp 30 ribu. 

Selain di bagian dalam, Bubu juga melihat deretan foodcourt di bagian luar sebelum pintu masuk Rivera. 


Aula & Live Music

Saat Bubu dan keluarga ke Rivera Bogor, alunan musik dengan penyanyinya terdengar jelas. Live music dengan band tersebut berada di bangunan aula bagian depan setelah masuk ke Rivera. 

Di tempat itu juga ada beberapa kursi yang disediakan. Bisa banget nih buat dijadikan tempat gathering di sini. 


Spot Foto 

Selain wahana permainan yang seru, ada banyak juga spot foto lucu di Rivera Bogor. Jangan sampai kelewatan buat foto-foto juga di sini, ya… 


Tempat Parkir

Nah, untuk tempat parkirnya sendiri juga cukup luas, ya. Pas Bubu sekeluarga sampai juga masih banyak tempat parkir kosong yang bisa dipakai. 

Tepat di bagian seberang tempat parkir juga ada masjid besar, Masjid Al Ahmad Bogor Nirwana Residence. Jadi nggak perlu khawatir ketinggalan sholat, ya, karena ada fasilitas masjidnya juga di seberang Rivera. 

Baca Juga: Keliling Kebun Raya Bogor dengan Golf Car


Jam Buka & Harga Tiket Masuk Rivera Bogor

Jam Operasional:

Senin-Minggu 09.00 - 17.00


Untuk harga tiket masuknya bisa dicek di bawah ini, ya. 




Selain harga di atas, Rivera juga banyak memberi promo-promo. nah, untuk promo apa yang sedang berlangsung, Manteman bisa langsung berkunjung ke website-nya aja https://riveraoutboundbogor.com/

Gimanaaa? Langsung tertarik buat main ke Rivera Outbound and Edutainment yang ada di Bogor ini? 




Saran Bubu, Manteman bisa berkunjung dari saat buka supaya nggak terlalu panas. Jangan lupa membawa topi, payung, dan memakai sunscreen/sunblock, ya. 

Oiyaaa, setelah puas main di Rivera, Manteman juga bisa banget, lho, lanjut main di The Jungle Waterpark! Jaraknya deket, cuma 3 menit aja berkendara. Jadi puas deh main seharian di dua tempat ini… :D 

Oiya, kalau lagi ada rencana liburan keluarga ke Korea, bisa juga, nih, jalan-jalan ke wisata edukatif untuk anak-anak, seperti peternakan di Anseong Farmland. Gak hanya ada peternakan tapi view pemandangan bunga saat musim gugurnya juga cakeeeep! :D 


Bubu Dita

@rumikasjourney







Newer Posts
Older Posts

HELLO!


Hello, There!
Hello, There!

Halo, saya Dita Indrihapsari (Bubu Dita), penulis di blog Rumika's Journey. Blog ini banyak bercerita tentang perjalanan saya sekeluarga ke berbagai tempat asyik dan menarik... Happy Reading!


Find More



Blog Archive

  • ►  2025 (27)
    • ►  April (5)
    • ►  March (8)
    • ►  February (9)
    • ►  January (5)
  • ►  2024 (116)
    • ►  December (8)
    • ►  November (12)
    • ►  October (10)
    • ►  September (12)
    • ►  August (11)
    • ►  July (10)
    • ►  June (11)
    • ►  May (8)
    • ►  April (5)
    • ►  March (11)
    • ►  February (9)
    • ►  January (9)
  • ▼  2023 (108)
    • ►  December (10)
    • ▼  November (8)
      • Puas Belanja Camilan di Khong Guan Wahid Hasyim Ja...
      • Pameran Jejak Memori Kisah Hotel dari Menteng 31 d...
      • Makam Tanpa Jenazah di Museum Taman Prasasti
      • Loffee Coffee & Eatery, Kafe Estetik di Tebet
      • Keliling Kebun Raya Bogor dengan Golf Car
      • Nikmatnya Makan di Bebek Kaleyo Lenteng Agung Jakarta
      • Wahana Seru di The Jungle Waterpark Bogor
      • Rivera Bogor, Tempat Outbound Seru Banyak Wahana
    • ►  October (10)
    • ►  September (12)
    • ►  August (8)
    • ►  July (12)
    • ►  June (7)
    • ►  May (9)
    • ►  April (6)
    • ►  March (10)
    • ►  February (8)
    • ►  January (8)
  • ►  2022 (9)
    • ►  December (1)
    • ►  November (1)
    • ►  October (1)
    • ►  September (1)
    • ►  August (3)
    • ►  July (2)
  • ►  2021 (7)
    • ►  December (3)
    • ►  June (2)
    • ►  March (1)
    • ►  February (1)
  • ►  2020 (7)
    • ►  December (2)
    • ►  September (1)
    • ►  May (3)
    • ►  January (1)
  • ►  2019 (39)
    • ►  October (3)
    • ►  September (2)
    • ►  August (2)
    • ►  July (6)
    • ►  June (3)
    • ►  May (2)
    • ►  April (5)
    • ►  March (6)
    • ►  February (7)
    • ►  January (3)
  • ►  2018 (42)
    • ►  November (1)
    • ►  September (4)
    • ►  August (4)
    • ►  July (3)
    • ►  June (4)
    • ►  May (6)
    • ►  April (5)
    • ►  March (5)
    • ►  February (5)
    • ►  January (5)
  • ►  2017 (61)
    • ►  December (3)
    • ►  November (4)
    • ►  October (7)
    • ►  September (5)
    • ►  August (3)
    • ►  July (4)
    • ►  June (3)
    • ►  May (5)
    • ►  April (4)
    • ►  March (6)
    • ►  February (9)
    • ►  January (8)
  • ►  2016 (47)
    • ►  December (5)
    • ►  November (4)
    • ►  October (5)
    • ►  September (4)
    • ►  August (8)
    • ►  July (2)
    • ►  June (5)
    • ►  May (2)
    • ►  April (1)
    • ►  March (3)
    • ►  February (4)
    • ►  January (4)
  • ►  2015 (13)
    • ►  December (4)
    • ►  November (3)
    • ►  October (6)

recent posts

Sponsor

Community

Blogger Indonesia

Blogger Indonesia

Blogger Indonesia
FOLLOW ME @rumikasjourney

Created with by beautytemplates